Tantangannya adalah bagaimana ia akan menyeimbangkan pendidikan berbasis nilai dengan tuntutan dunia yang semakin terhubung secara digital. Apakah Mu'ti akan melanjutkan program Merdeka Belajar atau menghadirkan pendekatan baru yang lebih tradisional, merupakan salah satu isu krusial yang akan dinanti oleh publik.
Tantangan Kebijakan: Inovasi atau Tradisi?
Salah satu tantangan terbesar bagi Abdul Mu'ti adalah memutuskan bagaimana melanjutkan reformasi pendidikan yang telah dimulai oleh Nadiem Makarim.
Program Merdeka Belajar menawarkan otonomi lebih besar bagi sekolah dan guru dalam menyusun kurikulum, serta mendorong penggunaan teknologi untuk mengatasi tantangan-tantangan pendidikan.
Namun, kritik utama terhadap program ini adalah ketidakmerataan infrastruktur dan akses teknologi, terutama di daerah-daerah terpencil.
Menurut data dari Kementerian Pendidikan, hanya 60% sekolah di daerah terpencil yang memiliki akses internet yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa program digitalisasi yang digagas Nadiem belum sepenuhnya merata, yang memunculkan celah besar antara sekolah di perkotaan dan pedesaan.
Jika Abdul Mu'ti berfokus pada pendidikan karakter dan moral, mungkin ia akan mengalihkan perhatian dari aspek teknologi yang terlalu digarisbawahi oleh Nadiem, menuju penguatan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas guru dan kurikulum berbasis nilai.
Namun, Abdul Mu'ti juga tidak dapat sepenuhnya mengabaikan tuntutan globalisasi dan era digital. Dunia pendidikan modern tidak lagi bisa dipisahkan dari teknologi dan inovasi.
Tantangannya adalah bagaimana ia dapat memadukan antara nilai-nilai tradisional yang ia junjung dengan tuntutan teknologi untuk mempersiapkan siswa bersaing di tingkat global. Apakah akan ada upaya untuk merangkul teknologi sambil memperkuat pendidikan berbasis moral? Ini adalah salah satu pertanyaan yang akan diuji seiring berjalannya waktu.
Reaksi Publik dan Pemangku Kepentingan
Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan ini mengundang reaksi beragam dari publik. Para pendukung Nadiem, terutama mereka yang bergerak di bidang teknologi pendidikan, merasa khawatir bahwa program-program digitalisasi yang telah berjalan akan berhenti atau kehilangan dukungan.
Misalnya, program Merdeka Mengajar, yang menyediakan platform digital untuk melatih dan meningkatkan keterampilan guru, dianggap sebagai salah satu inovasi penting di era Nadiem. Mereka khawatir bahwa fokus baru Abdul Mu'ti pada pendidikan karakter mungkin akan mengurangi dukungan terhadap aspek teknologi ini.
Di sisi lain, ada optimisme dari kelompok konservatif dan komunitas berbasis agama. Mereka menyambut baik kehadiran Abdul Mu'ti yang diharapkan akan membawa nilai-nilai moralitas yang lebih kuat ke dalam sistem pendidikan nasional.