Solusi untuk masalah ini, jika ada, tidak bisa sekadar bergantung pada program pemerintah yang penuh janji. Sektor pendidikan butuh reformasi mendalam, mulai dari kurikulum yang lebih adaptif hingga kolaborasi yang lebih erat dengan dunia industri.
Pemerintah perlu mendorong lebih banyak program pelatihan keterampilan teknologi, seperti coding dan analisis data, yang bisa mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan pasar global.
Kita juga harus mengakui bahwa start-up dan ekonomi digital menawarkan potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja. Pemerintah perlu lebih aktif mendukung sektor ini dengan memberikan insentif dan kemudahan regulasi. Dengan demikian, lebih banyak perusahaan teknologi lokal yang akan tumbuh, menciptakan pekerjaan baru bagi anak-anak muda Indonesia.
Dan yang terakhir, kita perlu mereformasi birokrasi. Ini mungkin terdengar membosankan, tapi birokrasi adalah rintangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Jika kita tidak bisa memotong birokrasi yang berbelit-belit, semua solusi lain akan sia-sia. Investor asing tidak akan datang, dan lapangan kerja baru tidak akan tercipta.
Akhir dari Sebuah Penantian Panjang
Masalah pengangguran di kalangan pemuda adalah krisis yang sudah terlalu lama dibiarkan. Banyak dari kita terlalu fokus pada angka-angka dan statistik, sehingga lupa bahwa di balik angka tersebut ada orang-orang yang sedang berjuang untuk hidup mereka.
Pemuda Indonesia mungkin masih menunggu program penciptaan lapangan kerja yang sesungguhnya, tapi satu hal yang pasti: mereka tidak bisa menunggu selamanya.
Jika pemerintah benar-benar ingin memanfaatkan "bonus demografi," mereka harus bertindak sekarang. Itu berarti reformasi pendidikan, kemudahan bagi investasi asing, dan birokrasi yang lebih efisien.
Tanpa itu, kita mungkin akan terus mendengar cerita tentang lulusan perguruan tinggi yang menganggur---dan itu tidak akan menjadi cerita yang lucu di masa depan.
Untuk sekarang, mungkin teman saya harus terus menunggu. Tapi siapa tahu? Di masa depan, mungkin kita bisa melihat perubahan yang nyata. Setidaknya, itu yang dia harapkan dari balik layar laptopnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H