Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Gen Z Bicara: Apa yang Dicari Pemilih Muda dalam Pilkada?

9 Oktober 2024   08:36 Diperbarui: 9 Oktober 2024   08:48 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi muda adalah masa depan bangsa---ungkapan ini kini tak lagi sekadar retorika. 

Dalam Pilkada 2024, generasi Z benar-benar menjadi penentu masa depan, dengan 46 juta suara yang mereka miliki. Namun, di balik besarnya potensi, tantangan pun tak kalah besar: bagaimana calon kepala daerah bisa menggaet hati para pemilih yang melek teknologi, kritis, dan sering kali skeptis terhadap politik tradisional?

Karakteristik Gen Z: Generasi Kritis dan Terhubung

Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di tengah perkembangan pesat teknologi digital. Mereka adalah generasi yang mengonsumsi berita dari Instagram, X (Twitter), dan TikTok, bukan televisi atau koran. Mereka menyaksikan dunia politik bukan dari layar kaca, melainkan dari layar smartphone mereka. Ada beberapa karakteristik utama Gen Z yang mempengaruhi cara mereka memilih:

  • Melek Digital: Teknologi dan media sosial adalah bagian integral dari kehidupan mereka. Informasi politik tidak lagi berasal dari media konvensional, tetapi dari platform digital yang menyediakan akses cepat dan beragam sudut pandang.
  •  Kritis dan Skeptis: Gen Z tak mudah percaya pada janji-janji politik yang terdengar kosong. Mereka menginginkan fakta, data, dan aksi nyata di lapangan. Mereka cenderung lebih skeptis terhadap politik tradisional yang kerap dianggap korup dan tidak transparan.
  • Peduli pada Isu Spesifik: Generasi ini lebih peka terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, keadilan sosial, kesetaraan gender, serta kesempatan kerja yang layak. Bagi mereka, politik bukan sekadar soal janji-janji besar, tetapi soal bagaimana isu-isu ini ditangani secara konkret.
  • Keterlibatan yang Terbatas: Meski aktif di media sosial, banyak anggota Gen Z yang merasa terasing dari proses politik formal. Tingkat partisipasi dalam pemilu cenderung lebih rendah dibandingkan generasi lain, menunjukkan adanya jarak antara mereka dan dunia politik yang ada.

Tantangan bagi Calon Kepala Daerah: Merebut Hati Pemilih Muda

Merebut hati pemilih Gen Z tidak bisa hanya dilakukan dengan janji-janji politik biasa. Para calon kepala daerah di Pilkada 2024 harus menghadapi tantangan besar untuk menggaet generasi muda yang cenderung apatis terhadap politik formal. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang harus diatasi:

1. Membangun Kepercayaan di Tengah Skeptisisme 

Gen Z sering merasa dikhianati oleh politikus yang tidak menepati janji. Kepercayaan adalah faktor penting yang harus dibangun oleh para calon. Salah satu cara yang efektif adalah dengan transparansi dan akuntabilitas, menunjukkan rekam jejak yang jelas dan terukur dalam setiap langkah kebijakan.

2. Menjawab Kebutuhan Konkret di Lapangan 

Calon kepala daerah harus mampu memahami masalah nyata yang dihadapi oleh Gen Z, mulai dari pengangguran, biaya pendidikan yang tinggi, hingga kesetaraan akses digital. Solusi seperti pelatihan kerja berbasis teknologi, pendidikan yang lebih terjangkau, dan ekonomi kreatif harus menjadi prioritas utama untuk menjawab kebutuhan ini.

3. Kampanye yang Inklusif dan Relevan 

Para calon juga harus beradaptasi dengan cara Gen Z mengonsumsi informasi. Kampanye tradisional seperti spanduk atau baliho mungkin kurang efektif dibandingkan dengan konten video interaktif, diskusi daring, atau webinar yang langsung menyentuh isu-isu yang mereka anggap penting.

Strategi Politik: Menarik Gen Z dengan Program Nyata

Untuk memenangkan hati Gen Z, para calon kepala daerah tidak bisa hanya mengandalkan strategi kampanye konvensional. Mereka harus merancang pendekatan baru yang lebih kreatif, relevan, dan berbasis solusi nyata. Berikut beberapa strategi yang bisa menjadi kunci:

1. Memanfaatkan Kampanye Digital dengan Cerdas

Gen Z adalah generasi digital, sehingga calon kepala daerah perlu menggunakan platform media sosial dengan bijak. Bukan sekadar untuk promosi, tetapi untuk berinteraksi langsung dengan pemilih muda. Instagram Live, TikTok, atau YouTube bisa menjadi alat untuk menjangkau pemilih muda dengan cara yang lebih personal. Konten yang ringan namun bermakna, seperti video singkat tentang visi misi atau debat isu-isu penting, bisa lebih efektif daripada pidato panjang.

2. Solusi Nyata untuk Ketenagakerjaan Gen Z

Ketenagakerjaan adalah salah satu isu terbesar bagi Gen Z. Dalam Pilkada 2024, para calon kepala daerah harus menawarkan solusi nyata untuk mengatasi pengangguran. Misalnya, program pelatihan digital gratis, insentif bagi perusahaan startup lokal, atau inkubator bisnis yang mendukung kewirausahaan di kalangan anak muda. Langkah ini bukan hanya sekadar janji, tetapi menciptakan jalan bagi Gen Z untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan berkelanjutan.

3. Kebijakan yang Progresif dan Berkelanjutan

Gen Z sangat peduli pada isu-isu global seperti lingkungan dan kesetaraan. Calon yang menawarkan kebijakan yang progresif, seperti transisi ke energi hijau, dukungan untuk hak-hak minoritas, dan program untuk mencegah krisis iklim, akan lebih menarik perhatian mereka. Gen Z ingin melihat pemimpin yang tidak hanya memikirkan solusi jangka pendek, tetapi juga memiliki visi panjang untuk masa depan yang berkelanjutan.

4. Kolaborasi dengan Influencer dan Aktivis Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun