Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Revolusi Pendidikan: 8 Langkah Membangun Sekolah Tanpa Kekerasan

7 Oktober 2024   18:26 Diperbarui: 7 Oktober 2024   21:32 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Sumber gambar: static-asset.amac.us

Apa yang salah dengan pendidikan kita hingga kekerasan di sekolah terus terjadi?

Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak kita setiap kali mendengar kasus perundungan, kekerasan fisik, atau kekerasan verbal yang terjadi di lingkungan sekolah. 

Meski pendidikan seharusnya menjadi ruang aman untuk belajar dan tumbuh, kenyataannya, banyak siswa yang mengalami trauma akibat kekerasan di sekolah. Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan gotong royong, mungkinkah kita benar-benar menciptakan sekolah tanpa kekerasan?

Jawabannya adalah mungkin, namun dibutuhkan revolusi pendidikan yang melibatkan seluruh elemen sekolah---dari guru, siswa, hingga orang tua. Menghilangkan kekerasan di sekolah bukan hanya soal aturan disiplin yang lebih ketat, tetapi memerlukan perubahan mendasar dalam cara kita mendidik, berinteraksi, dan membangun komunitas di sekolah. Berikut ini adalah delapan langkah yang bisa kita lakukan untuk membangun sekolah tanpa kekerasan.

1. Sekolah Berbasis Restoratif: Mengedepankan Pemulihan, Bukan Hukuman

Pendekatan disiplin tradisional yang berfokus pada hukuman seringkali gagal menyelesaikan akar masalah kekerasan. Sebaliknya, pendekatan restoratif berfokus pada pemulihan hubungan yang rusak akibat kekerasan. 

Dalam pendekatan ini, pelaku kekerasan dan korban diajak untuk berdialog dan memahami dampak tindakan tersebut, kemudian bekerja sama untuk memperbaiki hubungan. Dengan cara ini, pelaku belajar bertanggung jawab secara sosial dan emosional, sementara korban merasa didengar dan dihormati. Beberapa sekolah di luar negeri yang telah menerapkan metode ini berhasil menurunkan angka kekerasan secara drastis.

Di Indonesia, sistem seperti ini masih jarang diterapkan secara formal. Padahal, budaya kita yang mengedepankan musyawarah dan mufakat sangat cocok dengan pendekatan ini. Sekolah bisa menjadi ruang untuk mempraktikkan penyelesaian konflik dengan cara yang lebih manusiawi, tanpa kekerasan.

2. Pelatihan Emosional dan Kecerdasan Sosial

Seberapa sering kita mengajarkan anak-anak tentang cara mengelola emosi mereka? 

Atau bagaimana cara berempati terhadap orang lain? Pendidikan di Indonesia cenderung lebih fokus pada pencapaian akademik daripada pengembangan keterampilan sosial dan emosional. Padahal, keterampilan ini adalah kunci untuk mencegah kekerasan di sekolah.

Social-emotional learning (SEL) adalah program pendidikan yang mengajarkan anak-anak untuk mengenali dan mengelola emosi mereka, mengembangkan empati, dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Di banyak negara, SEL sudah menjadi bagian penting dari kurikulum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun