Ada momen dalam kehidupan yang terkadang membuat kita terdiam, tertegun, seakan dipaksa bertanya kembali tentang apa arti kesederhanaan di masa kini.
Di tengah hegemoni pejabat yang berlimpah harta, ada satu kisah yang berbeda, yang sederhana, namun begitu dalam---cerita tentang mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno.
Saat mendengar namanya, sebagian besar dari kita mungkin langsung terbayang sosok tegas seorang purnawirawan yang tak tergoyahkan, salah satu dari generasi pemimpin militer yang kuat dan berpengaruh. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik semua itu, Try Sutrisno adalah seorang yang, meski berada di puncak karier militer dan politik, harus mencicil rumahnya selama 15 tahun.
Tidak, ini bukan cerita dongeng. Inilah realita yang sering kali luput dari perhatian publik---terutama saat kehidupan modern begitu penuh dengan cerita-cerita tentang kekayaan instan dan ambisi yang melambung tinggi. Dalam keheningan, di balik pencapaiannya yang monumental, Try Sutrisno hidup dengan sikap yang sederhana.
Rumah yang Dibeli dengan Cicilan
Sekitar tahun 1986, setelah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Try Sutrisno diberikan kesempatan untuk membeli rumah dinas yang telah ia tempati. Rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan kariernya. Saat itu, rumah tersebut ditawarkan dengan harga Rp85 juta---sebuah nominal yang besar pada zamannya. Meski berada di posisi tinggi, Try Sutrisno tidak memiliki uang tunai untuk membayar rumah itu.
"Ini rumah saya, bukan korupsi, ini dari angkatan darat," ucapnya suatu kali dengan nada rendah hati, menyiratkan bagaimana kehidupan seorang jenderal tidak selalu sejalan dengan anggapan publik tentang kekayaan.
Akhirnya, rumah tersebut dibelinya dengan cara mencicil selama 15 tahun. Betapa cerita ini seperti sebuah ironi. Di masa sekarang, seorang mantan wapres yang sederhana mencicil rumah, sementara di sisi lain, kita mendengar banyak cerita tentang pejabat yang tiba-tiba memiliki rumah mewah atau kekayaan yang tak terbayangkan.
Nasionalisme Tanpa Pamrih
Kisah Try Sutrisno ini mengingatkan pada satu pelajaran penting: dedikasi tanpa pamrih kepada bangsa. Bagi sebagian kita, nasionalisme mungkin menjadi sesuatu yang abstrak, tetapi bagi Try Sutrisno, ini adalah prinsip hidup yang nyata. Seperti Dokter Wahidin Sudirohusodo yang terkenal sebagai penggagas kebangkitan nasional, Try Sutrisno mencerminkan semangat yang sama. Wahidin, dengan segala perjuangannya, adalah salah satu yang menginspirasi berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908, tonggak penting dalam sejarah Indonesia.
Melihat pengorbanan Try Sutrisno, kita mungkin teringat pada sejarah-sejarah besar bangsa ini. Mereka yang berjuang di masa lampau, bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk generasi yang akan datang. Di tengah penghianatan-penghianatan terhadap kepentingan nasional yang semakin sering kita saksikan di era modern, sosok seperti Try Sutrisno menjadi cerminan bagi kita untuk tidak kehilangan arah.