Mengutip sebuah kalimat dari buku Demokrasi dan Humanisme Gus Dur, pluralisme dan dialog adalah fondasi utama demokrasi. Buku tersebut menggarisbawahi bahwa perbedaan bukan halangan, melainkan potensi yang bisa memperkaya perjalanan bangsa.
Momen Yenny dan ketiga sosok penting ini tampaknya menjadi pengingat akan pentingnya kebersamaan di tengah perbedaan, bahwa dialog tetap menjadi kunci dalam perjalanan bangsa.
Reaksi Warganet
Tidak hanya di dunia nyata, foto tersebut juga menciptakan gelombang di dunia maya. Di platform media sosial seperti X, warganet ramai-ramai mengomentari foto ini. Banyak yang kaget, bahkan tak sedikit yang berspekulasi tentang makna di balik foto tersebut.
"Kok bisa mereka foto bareng? Puan-Didit-Gibran-Yenny," tulis seorang pengguna, mengekspresikan kekagetannya. Ada juga yang mencatat bagaimana foto ini mempertemukan anak-anak dari empat presiden yang berbeda. "Anak Presiden Indonesia keempat, kelima, ketujuh, dan kedelapan," cuit akun lain.
Tak bisa dipungkiri, foto ini membawa simbol yang kuat. Di era politik yang penuh pertarungan tajam, gambar tersebut menciptakan harapan bahwa dialog dan persahabatan masih bisa mengatasi polarisasi.
Tanda Harapan
Pada akhirnya, foto tersebut adalah sebuah tanda bahwa di balik semua perbedaan yang mungkin terjadi, ada ruang untuk kebersamaan. Indonesia, dengan segala tantangannya ke depan, butuh lebih dari sekadar kebijakan yang baik. Ia butuh pemimpin yang mampu berbicara di meja yang sama, mendengarkan, dan menjalin dialog.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Yenny Wahid, "Minimal ada ruang-ruang dialog yang harus terus dibuka agar kalau ada masalah, bisa dibicarakan." Sebuah pesan sederhana, tapi penuh makna, yang seharusnya menjadi prinsip tak hanya di ranah politik, tetapi juga di kehidupan sosial masyarakat kita.
Momen ini, meski tampak sederhana, adalah secuil pengingat bahwa kebersamaan adalah kunci di tengah perbedaan.