Pada suatu pagi, seorang ibu muda bernama Sinta mengajak putranya, Raka, bertamu ke rumah neneknya.Â
Sebelum berangkat, Sinta memberi pesan sederhana kepada Raka, "Nanti ketika sampai, ketuk pintu, sapa nenek dengan ramah, dan jangan langsung duduk sebelum dipersilakan." Mungkin pesan itu terdengar sepele, tetapi sesungguhnya, inilah awal dari pengajaran penting mengenai adab bertamu.
Sebagai orang tua, kita seringkali terlalu fokus pada prestasi akademik atau kemampuan teknologi anak. Namun, ada satu aspek yang kerap terlupakan: adab bertamu. Bagaimana anak bertindak saat berkunjung ke rumah orang lain menggambarkan seberapa baik mereka memahami nilai-nilai kesantunan dan penghormatan terhadap orang lain.
Mengapa Mengajarkan Adab Bertamu Itu Penting?
Dalam sebuah riset oleh psikolog sosial, Dr. Wendy Patrick, dia menyoroti pentingnya kesopanan dan etika dalam interaksi sosial. Menurutnya, adab bertamu bukan sekadar norma sosial, melainkan juga alat untuk membangun kepercayaan dan hubungan antarindividu. Anak yang diajarkan adab sejak dini akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih peka terhadap lingkungan sosialnya, mampu beradaptasi, dan memiliki rasa hormat terhadap orang lain.
Namun, tantangan besar saat ini adalah bagaimana mengajarkan adab bertamu di tengah arus modernitas, di mana gawai dan media sosial seolah menjadi pusat perhatian. Banyak anak, tanpa disadari, justru cenderung asyik dengan gadget mereka saat bertamu, melupakan bahwa ada aturan tak tertulis dalam setiap interaksi sosial langsung yang harus dijaga.
"Bertamu": Sebuah Refleksi Filosofis dan Budaya
Kata bertamu berasal dari akar kata tamu, yang berarti seseorang yang datang berkunjung ke rumah orang lain.
Dalam budaya Indonesia, bertamu memiliki nilai filosofis yang mendalam. Bertamu bukan hanya sekadar aktivitas sosial biasa, tetapi juga bentuk penghormatan kepada pemilik rumah. Dalam tradisi Jawa, misalnya, bertamu sering kali diiringi dengan berbagai bentuk tata krama, seperti mengetuk pintu dengan sopan, menunggu di luar hingga dipersilakan masuk, dan tidak duduk sebelum dipersilakan. Hal ini mencerminkan kesadaran bahwa rumah orang lain adalah wilayah pribadi yang harus dihormati.
Dalam konteks modern, esensi ini sering kali terabaikan. Mengetuk pintu digantikan oleh bunyi klakson atau panggilan telepon, sementara menjaga sikap saat bertamu sering terlupakan, terutama oleh generasi muda. Orang tua memiliki peran penting untuk mengingatkan kembali nilai-nilai ini kepada anak-anak mereka.
Sapaan Dasar: Memulai Kunjungan dengan Hormat
Salah satu adab paling dasar dalam bertamu adalah sapaan yang ramah.Â
Menyapa pemilik rumah dengan senyum dan kata-kata yang baik menunjukkan bahwa kita menghargai keberadaan mereka. Ajarkan anak untuk mengatakan, "Assalamu'alaikum" atau "Selamat pagi" saat pertama kali memasuki rumah seseorang. Sapaan ini bukan hanya tanda kesopanan, tetapi juga cara untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan orang yang kita kunjungi.