Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik. Maverick. Freetinker.

Menulis tentang orang dan peristiwa adalah perjalanan untuk menemukan keindahan dalam keberagaman. Setiap kisah hidup adalah sebuah karya seni yang layak untuk diabadikan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ke Mana Kita Mengarahkan Anak?

2 Oktober 2024   11:23 Diperbarui: 2 Oktober 2024   11:34 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dinamika kehidupan modern, satu pertanyaan yang kerap hadir di benak para orang tua adalah: "Ke mana kita mengarahkan anak?". 

Di tengah arus informasi yang begitu deras dan perubahan sosial yang begitu cepat, orang tua merasa terjebak di persimpangan antara tradisi dan modernitas. Dalam menavigasi masa depan anak-anak, bagaimana seharusnya kita, sebagai orang tua, memberikan panduan yang tepat?

Di satu sisi, orang tua ingin memastikan anak mereka siap menghadapi dunia, tetapi di sisi lain, mereka takut memberikan tekanan yang terlalu besar. Bagaimana seimbang antara memberi aturan dan memberikan kebebasan? Jawaban dari pertanyaan ini mungkin bukan hanya pada apa yang kita arahkan kepada anak, tetapi juga pada bagaimana kita membesarkan mereka.

Anak Butuh Persiapan, Bukan Peraturan

Banyak dari kita tumbuh dengan seperangkat aturan yang jelas: harus begini, jangan begitu.

Meski beberapa aturan mendasar penting untuk memberikan batasan, anak-anak sebenarnya lebih membutuhkan persiapan ketimbang sekadar aturan yang kaku. Menurut sebuah studi dari Harvard Graduate School of Education, anak-anak yang diajarkan cara berpikir kritis, mengatasi kegagalan, dan mengambil keputusan sendiri lebih mampu beradaptasi di dunia nyata ketimbang anak yang sekadar mengikuti aturan tanpa pemahaman.

Dalam konteks ini, penting bagi orang tua untuk memberikan framework atau kerangka pemikiran, bukan sekadar aturan yang statis. Misalnya, daripada hanya melarang anak untuk tidak menggunakan gawai, lebih baik kita ajarkan bagaimana menggunakan teknologi secara bijak. Persiapan semacam ini akan jauh lebih berguna untuk masa depan mereka, terutama ketika mereka harus berhadapan dengan tantangan yang tidak bisa diprediksi.

Pola Asuh dan Dampaknya Terhadap Karakter Anak

Banyak penelitian menunjukkan bahwa cara kita membesarkan anak berpengaruh langsung pada bagaimana mereka melihat dunia dan merespon tantangan di masa depan. Salah satu ungkapan yang sering kita dengar adalah:

"Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia akan tumbuh rendah diri."

Pesan ini memberikan pemahaman mendalam bahwa anak-anak menyerap energi dari lingkungan mereka. Sebagai orang tua, apa yang kita katakan dan lakukan secara tidak langsung membentuk karakter mereka. Anak-anak adalah cermin dari lingkungan mereka.

Sebuah penelitian dari Child Development Journal menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kritik dan tekanan cenderung mengalami kecemasan berlebihan dan masalah kepercayaan diri saat dewasa. Sebaliknya, anak-anak yang dibesarkan dengan kasih sayang dan dukungan tumbuh dengan kepercayaan diri yang lebih baik dan lebih mampu menghadapi kegagalan.

Tren Pola Asuh Modern: Menjaga Keseimbangan

Dalam era digital ini, pola asuh tidak hanya terbatas pada interaksi tatap muka. Banyak orang tua khawatir tentang dampak media sosial dan teknologi terhadap perkembangan anak-anak mereka. Bagaimana cara kita mengarahkan anak di era digital ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun