Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemana Kuota Data Internet yang Selama Ini Kita Pakai?

1 Oktober 2024   11:23 Diperbarui: 1 Oktober 2024   11:30 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: .bbci.co.uk

Pernah nggak, tiba-tiba kuota internet kita habis sebelum akhir bulan, padahal merasa nggak pernah pakai untuk hal-hal besar? Kok bisa? Padahal cuma scroll medsos, nonton video TikTok sesekali, atau buka YouTube buat cari tutorial masak. Tapi kenapa kuota kayak ditelan bumi?

Internet kini bukan sekadar kebutuhan, tapi gaya hidup, terutama bagi anak muda. Di tengah kesibukan multitasking antara belajar, kerja, dan hiburan, data internet jadi 'nyawa' tersendiri. Tapi pernahkah kita benar-benar berpikir, ke mana semua kuota itu mengalir?

Internet: Hiburan atau Produktivitas?

Survei dari We Are Social dan Hootsuite tahun 2023 menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan 8 jam lebih di internet setiap harinya. Sebagian besar waktu ini dihabiskan untuk media sosial, streaming video, dan gaming. Khusus anak muda, TikTok dan Instagram jadi platform favorit---di mana hiburan bertemu dengan informasi.

Tapi, pertanyaannya: apakah penggunaan internet ini produktif? Atau sekadar hiburan semata?

Menurut Dr. Devi Artha, seorang ahli media digital, "Anak muda sekarang cenderung tergoda untuk menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial karena sifat algoritma yang memang dirancang untuk membuat kita terus-menerus scroll." Ini bukan berarti kita tidak bisa produktif di media sosial, tetapi sering kali kita lebih banyak menjadi konsumen daripada pencipta.

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga mendukung hal ini. Dalam survei mereka, 65% pengguna internet berusia 16-30 tahun lebih banyak menghabiskan waktu untuk hiburan ketimbang aktivitas yang berorientasi produktivitas seperti belajar online atau bekerja.

FOMO dan Dampaknya

FOMO (Fear of Missing Out) adalah istilah yang mungkin sudah sering kita dengar. Fenomena ini menjelaskan kenapa kita terus menerus terpaku di layar ponsel. Takut ketinggalan informasi, takut tidak update soal tren terbaru, dan khawatir tertinggal dalam pergaulan digital.

Efeknya? Kuota habis lebih cepat, tapi kita jarang sadar bagaimana waktu dan data terbuang begitu saja. Menurut Dr. Devi, "Ketergantungan pada internet untuk mengikuti tren dan eksistensi sosial memicu kecemasan terselubung, yang secara tidak langsung membuat kita menggunakan lebih banyak kuota tanpa kita sadari."

Dan ini semakin diperkuat oleh studi dari Nielsen yang menemukan bahwa 70% anak muda merasa cemas jika tidak terkoneksi internet selama beberapa jam saja. Kecemasan ini membuat kita terus aktif secara digital, meskipun hanya untuk hal-hal kecil seperti membalas pesan atau melihat notifikasi.

Apakah Kita Hanya Konsumen?

Saat kuota habis, kita mungkin berpikir, "Ah, cuma karena nonton video atau streaming musik." Tapi kenyataannya, kebanyakan dari kita hanya menjadi konsumen tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dalam wawancara dengan Kompas.com, psikolog Aulia Andri menyatakan bahwa, "Anak muda bisa terjebak dalam konsumsi konten yang berlebihan tanpa memikirkan dampaknya, baik secara finansial maupun mental."

Dari perspektif finansial, membeli kuota internet bukanlah hal murah. Dalam setahun, pengeluaran rata-rata untuk kuota internet di Indonesia mencapai Rp 1 juta lebih per orang. Bayangkan, uang sebanyak itu dihabiskan hanya untuk sekadar scrolling medsos tanpa ada hasil nyata.

Selain itu, konsumsi konten yang berlebihan juga berpotensi menurunkan kemampuan fokus dan produktivitas. Aulia menambahkan bahwa "Anak muda yang terlalu banyak terpapar informasi dan konten hiburan cenderung lebih cepat lelah secara mental, dan ini berdampak pada penurunan motivasi untuk hal-hal produktif."

Solusi: Menjadi Produsen Konten yang Bijak

Mungkin inilah saatnya kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita sudah memanfaatkan internet dengan bijak? Apakah kuota data yang kita beli benar-benar memberi nilai lebih?

Solusinya, menurut Aulia, adalah dengan menjadi produsen konten yang lebih bijak. "Alih-alih hanya konsumtif, anak muda seharusnya memanfaatkan internet untuk hal-hal produktif, misalnya belajar skill baru, membuat karya, atau bahkan berbisnis online." Dengan begitu, setiap MB kuota yang kita habiskan akan memiliki dampak yang lebih besar, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain.

Misalnya, daripada hanya menonton video tutorial memasak, kenapa tidak mencoba membuat konten serupa? Atau daripada hanya sekadar melihat tren fashion di TikTok, kenapa tidak mencoba memulai usaha kecil-kecilan?

Akhir Kata

Kuota internet adalah sumber daya yang berharga di era digital ini, tapi sering kali kita habiskan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak memberikan banyak manfaat. Jadi, daripada terus-menerus mengeluh soal kuota yang cepat habis, mari mulai bertanya pada diri sendiri: "Ke mana sebenarnya kuota ini pergi? Dan apa yang bisa saya lakukan untuk membuatnya lebih berarti?"

Sebab, pada akhirnya, internet adalah alat. Bagaimana kita menggunakannya akan menentukan sejauh mana alat ini memberi kita manfaat nyata---baik dalam hal produktivitas, pengembangan diri, maupun kehidupan sosial kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun