Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik. Maverick. Freetinker.

Menulis tentang orang dan peristiwa adalah perjalanan untuk menemukan keindahan dalam keberagaman. Setiap kisah hidup adalah sebuah karya seni yang layak untuk diabadikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengukur Kebahagiaan Indonesia: Apakah Kita Sudah Bahagia?

30 September 2024   13:27 Diperbarui: 30 September 2024   13:54 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: stedlo.com

Di pedesaan, kita masih bisa melihat betapa kuatnya rasa kebersamaan antarwarga. Ketika ada yang sakit atau tertimpa musibah, tetangga dan keluarga besar akan bahu-membahu memberikan bantuan, baik secara finansial maupun emosional. Di kota-kota besar, meski individualisme semakin terasa, kita tetap dapat menemukan dukungan sosial, terutama di kalangan komunitas-komunitas tertentu.

Namun, dalam hal dukungan sosial yang lebih terorganisir, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara Eropa Utara. Di Finlandia atau Denmark, misalnya, pemerintah memberikan jaminan sosial yang sangat kuat. Jika seseorang kehilangan pekerjaan, mereka tidak perlu khawatir akan kelaparan atau kehilangan tempat tinggal, karena ada sistem jaminan sosial yang akan membantu mereka sampai menemukan pekerjaan baru.

Di Indonesia, program-program seperti BPJS Kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat mulai berjalan, tetapi jaring pengaman sosial ini belum sepenuhnya merata. Banyak warga di daerah terpencil yang masih belum mendapatkan manfaat dari program-program ini. Masyarakat di Papua, Kalimantan, atau Sulawesi masih sering merasa terpinggirkan dalam hal akses terhadap dukungan sosial ini.

Dalam laporan World Happiness Report, dukungan sosial diukur melalui seberapa besar seseorang merasa bisa mengandalkan orang lain di saat-saat sulit. Jika kita jujur, meski budaya gotong royong masih kuat, banyak masyarakat Indonesia yang merasa bahwa mereka harus mengandalkan diri sendiri ketika menghadapi masalah besar, seperti kehilangan pekerjaan atau biaya pengobatan yang tinggi.

Ini menjadi tantangan bagi Indonesia. Membangun sistem dukungan sosial yang lebih terorganisir dan merata adalah salah satu cara untuk meningkatkan kebahagiaan masyarakat. Sebab, manusia adalah makhluk sosial. Kita butuh orang lain, terutama di saat-saat sulit. Dukungan sosial yang kuat, baik dari keluarga, teman, maupun pemerintah, akan memberikan rasa aman yang esensial bagi kebahagiaan.

Harapan Hidup Sehat: Lebih dari Sekadar Panjang Umur

Harapan hidup sehat bukan sekadar soal berapa lama seseorang hidup, tetapi seberapa lama seseorang bisa hidup dengan kondisi yang sehat dan berkualitas. Di Indonesia, harapan hidup terus meningkat, mencapai 71 tahun pada tahun 2021. Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, yang memiliki harapan hidup 84 tahun, Indonesia masih tertinggal.

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya harapan hidup sehat di Indonesia adalah akses terhadap layanan kesehatan yang belum merata. BPJS Kesehatan memang telah memberikan akses layanan kesehatan bagi jutaan masyarakat, tetapi kualitas layanan di beberapa daerah masih perlu ditingkatkan. Masyarakat di pedalaman sering kali harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan dasar, sementara di kota besar, rumah sakit-rumah sakit swasta menawarkan layanan premium dengan harga yang hanya bisa dijangkau oleh segelintir orang.

Selain itu, gaya hidup masyarakat Indonesia juga menjadi faktor penting. Tingginya angka perokok, kurangnya kesadaran akan pentingnya olahraga, serta kebiasaan makan yang tidak sehat, semuanya berkontribusi pada rendahnya kualitas hidup sehat di Indonesia. Polusi udara di kota-kota besar juga memperparah kondisi ini. Banyak orang yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di bawah paparan polusi udara, yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan mereka.

Namun, sekali lagi, ini bukan masalah yang tidak bisa diatasi. Negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, telah membuktikan bahwa dengan kebijakan kesehatan yang lebih baik dan kampanye kesehatan yang efektif, harapan hidup sehat bisa meningkat. Indonesia sudah mulai bergerak ke arah ini, tetapi masih banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa setiap warga negara, di mana pun mereka berada, memiliki akses terhadap layanan kesehatan berkualitas.

Apakah Indonesia Sudah Bahagia?

Jika kita melihat dari ketiga komponen tersebut---pendapatan per kapita, dukungan sosial, dan harapan hidup sehat---Indonesia masih berada di tengah perjalanan menuju kebahagiaan. Pendapatan yang meningkat, tetapi belum merata; dukungan sosial yang kuat, tetapi belum terorganisir dengan baik; dan harapan hidup sehat yang semakin panjang, tetapi masih perlu ditingkatkan kualitasnya.

Namun, Indonesia memiliki potensi besar. Dengan budaya sosial yang erat dan pemerintahan yang semakin sadar akan pentingnya kesejahteraan rakyat, negara ini bisa menciptakan kebahagiaan yang lebih merata. Kebahagiaan bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan yang terus-menerus diperbaiki. Dan Indonesia, meski belum sampai, sedang bergerak menuju ke sana. 

Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun