Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Literasi? Kita Harus Lebih Sering Ngobrolin Buku di Tongkrongan

28 September 2024   14:11 Diperbarui: 29 September 2024   12:48 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Ngobrolin Buku di Tongkrongan | istockphoto.com

Mengapa tidak kita terapkan pola yang sama pada buku? Ketika kita selesai membaca sebuah buku, kita bisa memulai percakapan di tongkrongan dengan mengatakan, "Buku ini keren banget, kamu harus baca." Kalau obrolan ini terus berulang, lama-lama buku akan menjadi bagian dari percakapan kita sehari-hari, sama seperti film atau serial.

Ada sebuah penelitian dari Stanford University yang mengatakan bahwa kebiasaan membaca bisa menular. Dalam kelompok sosial, jika ada beberapa orang yang secara aktif membicarakan buku dan mengajak teman-temannya untuk membaca, kebiasaan ini akan menyebar. Obrolan tentang buku tak perlu dimulai dengan percakapan yang berat dan analitis. Cukup mulai dari cerita yang sederhana---alur yang menarik, karakter yang unik, atau pesan yang menginspirasi. Lambat laun, teman-teman kita akan terbiasa mendengar topik ini dan mungkin, tanpa sadar, tertarik untuk membaca juga.

Tongkrongan: Tempat untuk Menyebarkan Literasi

Tongkrongan adalah ruang yang sangat potensial untuk menumbuhkan budaya literasi. Di sini, kita bisa berbicara dengan bebas, tanpa tekanan formalitas. Ini tempat di mana kita bisa berbagi gagasan dengan cara yang santai dan akrab. Jika kita bisa membicarakan sepak bola dan serial dengan penuh semangat, mengapa tidak mencoba membawa buku ke dalam percakapan kita?

Membawa buku ke tongkrongan tidak harus dilakukan dengan cara yang kaku. Kita bisa memulainya dengan cara yang ringan dan menyenangkan. Misalnya, saat teman-teman sedang bercanda atau mengobrol tentang topik sehari-hari, kita bisa menyelipkan referensi dari buku yang kita baca. "Eh, di buku ini ada bagian yang ngebahas tentang politik di Indonesia, mirip banget sama obrolan kita tadi." Atau, kita bisa membawa buku ke tongkrongan dan mengajak teman-teman untuk sekadar membahas alur ceritanya. Dengan begitu, buku perlahan-lahan akan masuk ke dalam ruang percakapan yang selama ini dikuasai oleh topik-topik hiburan.

Akhir dari Cerita Ini

Literasi bukan hanya soal kemampuan membaca, tapi soal bagaimana kita berbagi cerita dan pengalaman. 

Dan tongkrongan adalah tempat yang sempurna untuk itu. Bayangkan jika setiap obrolan di tongkrongan diselingi dengan diskusi tentang buku. Bayangkan jika, di antara candaan dan tawa, kita juga berbagi cerita tentang buku yang kita baca. Bukankah itu akan membuat tongkrongan kita lebih kaya, lebih bermakna?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun