Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kakak, Siap Jadi Teman: Seni Mempersiapkan Anak Menyambut Adik Bayi

27 September 2024   19:17 Diperbarui: 28 September 2024   23:47 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi orang tua adalah perjalanan yang penuh warna---kadang tenang, kadang ribut, tapi selalu penuh makna.

Ketika kita bicara soal menyambut kelahiran anak kedua, ini bukan sekadar soal menambah satu anggota keluarga. Ini soal mempersiapkan si kakak untuk menyambut adik bayi dengan hati yang lapang dan sukacita, bukan dengan rasa cemburu atau tersisihkan. Di sinilah seni merajut hubungan baru dalam keluarga berperan penting.

Bagi para orang tua, terutama yang baru pertama kali punya anak kedua, perjalanan ini bisa terasa mendebarkan. Di Indonesia, di mana budaya kekeluargaan erat dan kuat, kita terbiasa dengan peran kakak sebagai "penjaga" yang lebih dewasa, lebih tanggung jawab. Tapi realitanya, ketika bayi baru hadir, si kakak sering kali merasa bingung, "Kenapa perhatian mama-papa sekarang tidak lagi sepenuhnya untukku?"

1. Mulailah dengan Obrolan Santai: Kakak, Ada yang Baru Nih...

Komunikasi itu fondasi. Jangan tiba-tiba bawa pulang bayi tanpa ada pembicaraan sebelumnya! Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo menegaskan, "Anak-anak perlu waktu untuk mencerna kabar bahwa akan ada bayi baru di rumah." Ajaklah si kakak ngobrol, dengan bahasa yang ia mengerti. Beritahu sejak awal bahwa keluarga akan berubah, ada yang baru, tapi peran si kakak justru makin penting.

Seorang ibu bernama Ayu dari Surabaya berbagi kisahnya, "Waktu saya hamil anak kedua, saya ajak anak pertama saya untuk ikut 'merasa' ada adiknya di dalam perut. Setiap hari kami ngobrol sambil pegang perut. Itu bikin dia merasa terlibat sejak awal." Ayu mengajarkan anaknya bahwa kelak dia akan punya peran sebagai kakak, bukan hanya sebagai penonton dalam drama kehidupan ini.

2. Waktu Spesial untuk Kakak: Momen Kecil yang Bermakna Besar

Sekarang, setelah adik bayi hadir, sering kali fokus orang tua teralihkan---dan itu wajar. Tapi, jangan lupakan si kakak. Meski terlihat lebih mandiri, kakak tetap butuh perhatian. Dian, seorang ibu di Jakarta, berbagi trik sederhana: "Setiap malam, setelah bayi tidur, saya dan anak pertama saya punya waktu khusus. Entah itu membaca buku, atau sekadar ngobrol sebelum tidur."

Kenapa ini penting? Karena kakak perlu tahu bahwa meski ada adik, posisi dan cinta dari orang tua tetap tidak berubah. Mereka hanya butuh sedikit waktu eksklusif, seolah-olah dunia berhenti sejenak hanya untuk mereka.

American Academy of Pediatrics menegaskan, menjaga rutinitas bersama si kakak akan membantu mereka merasa tetap dihargai dan diperhatikan. Momen kecil seperti ini, meski tampaknya sepele, memberi dampak besar pada perasaan aman dan bahagia mereka.

3. Beri Kakak Peran: Ini Adik Kamu, Yuk Kita Jaga Bersama-sama!

Anak pertama sering kali merasa terpinggirkan setelah kelahiran adik bayi. Solusinya? Beri mereka peran penting! Bukan peran berat, tapi cukup untuk membuat mereka merasa terlibat dalam proses merawat bayi. Misalnya, ajak kakak memilih mainan untuk adik atau bantu mengambilkan popok. Sepele? Mungkin. Tapi bagi si kakak, ini memberi rasa bangga dan tanggung jawab.

Sumber gambar: whattoexpect.com
Sumber gambar: whattoexpect.com

Fajar, seorang ayah dari Yogyakarta, mengungkapkan pengalamannya, "Saya sering meminta anak pertama saya untuk mengambil handuk saat memandikan adiknya. Itu membuatnya merasa penting." Peran-peran kecil ini tak hanya menguatkan ikatan antara kakak-adik, tapi juga membangun rasa percaya diri si kakak sebagai bagian penting dalam keluarga.

American Psychological Association menegaskan bahwa melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari bayi bisa membangun ikatan emosional yang positif. Mereka akan melihat adik bayi bukan sebagai 'saingan', melainkan sebagai 'tim' dalam perjalanan keluarga.

4. Ketika Kakak Kembali "Jadi Bayi": Sebuah Reaksi Alamiah

Jangan kaget kalau tiba-tiba si kakak ingin kembali memakai popok atau minta minum susu dari botol lagi. Ini bukan hal aneh. Anak pertama yang merasa ada 'pesaing' baru kadang-kadang memilih untuk kembali ke fase sebelumnya, agar mereka mendapatkan perhatian seperti dulu.

Ayoe Sutomo, seorang psikolog anak, menjelaskan bahwa ini adalah fase normal dan tidak perlu membuat orang tua panik. "Biarkan saja, ini cuma sementara. Beri perhatian yang cukup, tetap konsisten, dan fase ini akan berlalu dengan sendirinya." Yang penting, jangan terbawa emosi. Tunjukkan bahwa meski sekarang ada adik, perhatian orang tua tetap ada untuk si kakak.

5. Tradisi dalam Keseimbangan: Antara Tanggung Jawab dan Kasih Sayang

Di Indonesia, kita tumbuh dengan nilai kekeluargaan yang kuat. Anak pertama sering dianggap sebagai panutan, seseorang yang harus siap menanggung tanggung jawab lebih besar. Tapi, di era modern, pendekatan ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan emosional anak. Jangan sampai beban tanggung jawab membuat mereka merasa tertekan.

Dr. Lita Gading, seorang psikolog keluarga, mengatakan, "Tradisi itu penting, tapi kita juga harus lebih peka terhadap kondisi psikologis anak. Jangan terlalu memaksakan mereka untuk dewasa sebelum waktunya." Dengan kata lain, biarkan mereka tetap jadi anak-anak, menikmati masa kanak-kanak dengan bahagia, sambil kita perlahan mengajarkan mereka tentang tanggung jawab secara bertahap.

6. Menyambut Babak Baru dengan Harmoni

Kehadiran bayi baru adalah babak baru bagi setiap keluarga. Ini bukan sekadar soal tambah satu orang lagi di rumah, tapi tentang bagaimana kita merangkai harmoni baru di antara anggota keluarga. Dengan komunikasi yang baik, keterlibatan aktif kakak, serta perhatian yang konsisten dari orang tua, kelahiran adik bayi bisa menjadi momen yang mempererat, bukan memisahkan.

Anak pertama yang siap secara emosional untuk menyambut adiknya akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, penuh kasih sayang, dan memiliki ikatan kuat dengan keluarganya. Di sinilah peran orang tua sebagai jembatan perubahan menjadi sangat krusial.

Harmoni dalam Kebersamaan

Dalam setiap perjalanan kehidupan, perubahan adalah hal yang tak bisa dihindari. Tapi, dengan cinta, perhatian, dan komunikasi yang baik, setiap perubahan---termasuk kehadiran anggota keluarga baru---akan terasa indah dan penuh makna. Jadi, untuk para orang tua muda di luar sana, jangan khawatir. Si kakak mungkin butuh waktu untuk beradaptasi, tapi dengan langkah-langkah sederhana di atas, mereka akan siap menyambut adik bayi dengan hati yang terbuka dan sukacita.

Mari kita hadapi perubahan ini dengan tangan terbuka, hati yang lapang, dan cinta yang tanpa batas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun