Fajar, seorang ayah dari Yogyakarta, mengungkapkan pengalamannya, "Saya sering meminta anak pertama saya untuk mengambil handuk saat memandikan adiknya. Itu membuatnya merasa penting." Peran-peran kecil ini tak hanya menguatkan ikatan antara kakak-adik, tapi juga membangun rasa percaya diri si kakak sebagai bagian penting dalam keluarga.
American Psychological Association menegaskan bahwa melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari bayi bisa membangun ikatan emosional yang positif. Mereka akan melihat adik bayi bukan sebagai 'saingan', melainkan sebagai 'tim' dalam perjalanan keluarga.
4. Ketika Kakak Kembali "Jadi Bayi": Sebuah Reaksi Alamiah
Jangan kaget kalau tiba-tiba si kakak ingin kembali memakai popok atau minta minum susu dari botol lagi. Ini bukan hal aneh. Anak pertama yang merasa ada 'pesaing' baru kadang-kadang memilih untuk kembali ke fase sebelumnya, agar mereka mendapatkan perhatian seperti dulu.
Ayoe Sutomo, seorang psikolog anak, menjelaskan bahwa ini adalah fase normal dan tidak perlu membuat orang tua panik. "Biarkan saja, ini cuma sementara. Beri perhatian yang cukup, tetap konsisten, dan fase ini akan berlalu dengan sendirinya." Yang penting, jangan terbawa emosi. Tunjukkan bahwa meski sekarang ada adik, perhatian orang tua tetap ada untuk si kakak.
5. Tradisi dalam Keseimbangan: Antara Tanggung Jawab dan Kasih Sayang
Di Indonesia, kita tumbuh dengan nilai kekeluargaan yang kuat. Anak pertama sering dianggap sebagai panutan, seseorang yang harus siap menanggung tanggung jawab lebih besar. Tapi, di era modern, pendekatan ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan emosional anak. Jangan sampai beban tanggung jawab membuat mereka merasa tertekan.
Dr. Lita Gading, seorang psikolog keluarga, mengatakan, "Tradisi itu penting, tapi kita juga harus lebih peka terhadap kondisi psikologis anak. Jangan terlalu memaksakan mereka untuk dewasa sebelum waktunya." Dengan kata lain, biarkan mereka tetap jadi anak-anak, menikmati masa kanak-kanak dengan bahagia, sambil kita perlahan mengajarkan mereka tentang tanggung jawab secara bertahap.
6. Menyambut Babak Baru dengan Harmoni
Kehadiran bayi baru adalah babak baru bagi setiap keluarga. Ini bukan sekadar soal tambah satu orang lagi di rumah, tapi tentang bagaimana kita merangkai harmoni baru di antara anggota keluarga. Dengan komunikasi yang baik, keterlibatan aktif kakak, serta perhatian yang konsisten dari orang tua, kelahiran adik bayi bisa menjadi momen yang mempererat, bukan memisahkan.
Anak pertama yang siap secara emosional untuk menyambut adiknya akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, penuh kasih sayang, dan memiliki ikatan kuat dengan keluarganya. Di sinilah peran orang tua sebagai jembatan perubahan menjadi sangat krusial.
Harmoni dalam Kebersamaan
Dalam setiap perjalanan kehidupan, perubahan adalah hal yang tak bisa dihindari. Tapi, dengan cinta, perhatian, dan komunikasi yang baik, setiap perubahan---termasuk kehadiran anggota keluarga baru---akan terasa indah dan penuh makna. Jadi, untuk para orang tua muda di luar sana, jangan khawatir. Si kakak mungkin butuh waktu untuk beradaptasi, tapi dengan langkah-langkah sederhana di atas, mereka akan siap menyambut adik bayi dengan hati yang terbuka dan sukacita.
Mari kita hadapi perubahan ini dengan tangan terbuka, hati yang lapang, dan cinta yang tanpa batas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H