Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Surat Imajiner Kepada Calon Kepala Daerah Sedunia

25 September 2024   20:30 Diperbarui: 25 September 2024   21:38 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinimg.com

Kepada Para Calon Pemimpin di Pilkada Serentak 2024,

Saya menulis surat ini dalam hati seorang warga biasa, yang duduk di baris paling belakang pada setiap acara kampanye Anda. 

Di tengah hiruk pikuk pengundian nomor urut dan pidato-pidato yang membahana, ada suara-suara sunyi dari pemilih yang tidak Anda dengar. 

Saya mewakili mereka.

Nomor urut yang baru saja Anda terima---baik itu 1, 2, 3, atau 4---memang mungkin tampak seperti hal sederhana, namun jangan lupa bahwa di balik angka itu tersimpan harapan. 

Harapan dari ibu yang bekerja keras demi anak-anaknya, dari pemuda yang menunggu kesempatan hidup yang lebih baik, dan dari petani yang merindukan tanahnya subur kembali.

Jangan jadikan angka ini sekadar gimik politik untuk menghiasi baliho. Jadikan itu titik awal dari janji yang harus Anda tepati.

Tahun ini, Pilkada serentak menjadi titik krusial dalam demokrasi kita. 

Tidak hanya karena lebih dari 270 daerah akan memilih kepala baru, tetapi juga karena masyarakat telah lelah dengan janji-janji kosong. 

Pilkada 2024 adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa demokrasi lokal di Indonesia dapat menghadirkan pemimpin yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyatnya, bukan sekadar memupuk citra di panggung politik semata.

Anda akan segera memulai kampanye. 

Izinkan saya memberikan satu saran: lebih dari segala retorika, warga ingin melihat aksi nyata. 

Seperti deklarasi damai yang Anda tanda tangani---di mana Anda berjanji untuk tidak menyebarkan hoaks, tidak bermain dengan isu SARA, dan menjauh dari politik uang---ingatlah, janji itu adalah cerminan dari karakter Anda yang sesungguhnya. 

Pemilih ingin tahu siapa Anda saat mikrofon dimatikan, saat kamera tak lagi menyorot. Di sanalah nilai Anda sebagai pemimpin diukur.

Banyak dari kami menunggu perubahan di bidang-bidang esensial: pendidikan yang layak, layanan kesehatan yang terjangkau, dan infrastruktur yang tidak hanya mentereng di kota besar, tetapi juga menjangkau desa-desa yang terisolasi. 

Bukan rahasia lagi, pemilu lokal seperti ini sering kali menjadi ajang bagi janji-janji yang tak terwujud. 

Tolong, jangan tambahkan nama Anda ke daftar panjang pemimpin yang mengecewakan.

Satu hal lagi: di era digital ini, rekam jejak Anda tidak bisa disembunyikan. 

Transparansi, akuntabilitas, dan keberanian untuk menyelesaikan masalah tanpa menutupinya akan menjadi nilai tambah yang langka. 

Jadikan masa kampanye ini sebagai ruang untuk dialog, bukan monolog. 

Dengarkan suara pemilih yang diam-diam menilai dari balik layar ponsel mereka, bukan hanya mereka yang bersorak di depan panggung.

Surat ini mungkin tidak akan pernah sampai ke tangan Anda, tapi saya berharap kata-kata ini menembus hati Anda, para calon kepala daerah, di seluruh penjuru Indonesia. 

Kami siap memilih. Siap memberikan kepercayaan. Tolong tunjukkan bahwa kursi itu memang layak Anda dapatkan.

Salam hangat,  
Pemilih yang Tak Bersuara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun