Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kesibukan, dengan tumpukan tanggung jawab yang harus dipenuhi, momen-momen sederhana seperti sesi latihan malam hari kami menjadi waktu yang paling berarti. Itu bukan hanya tentang membangun kekuatan fisik, tetapi juga tentang membangun ikatan yang lebih dalam. Dan sebagai ayah, saya merasa bahwa mungkin inilah yang paling penting: hadir dalam setiap momen kecil dan besar, mendukung bukan hanya dalam tindakan tetapi juga dalam rasa, dalam kata-kata, dan dalam perhatian yang tak terbagi.
Tentu, tidak semua momen terasa sempurna. Ada saat-saat di mana saya merasa lelah setelah seharian bekerja, saat-saat di mana saya berharap bisa memberikan lebih banyak waktu atau energi untuk Verro. Tapi saya percaya bahwa apa yang membuat ikatan kami kuat adalah kehadiran yang konsisten, meskipun tidak selalu sempurna. Ketika saya duduk di sampingnya, melihat ia menyelesaikan push-up terakhirnya, atau ketika kami berbicara tentang masa depannya di perjalanan menuju tempat les, saya tahu bahwa saya telah melakukan sesuatu yang benar.
Pada akhirnya, menjadi ayah bukanlah tentang menjadi sempurna. Itu tentang berada di sana—setiap kali anak kita membutuhkan kita, setiap kali mereka membutuhkan dukungan, atau sekadar membutuhkan seseorang untuk mendengarkan. Saya tidak tahu apa yang akan Verro ingat dari masa kecilnya kelak. Mungkin ia akan mengingat sansak yang penuh bekas pukulan, atau mungkin ia akan mengingat poster kampanye Wakil Ketua OSIS yang kami buat bersama. Tapi satu hal yang pasti, saya berharap ia akan mengingat bahwa saya selalu ada di sana, hadir dalam setiap langkah kecil dan besar hidupnya.
Dan mungkin, itulah yang paling penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H