Namun, pertanyaannya, apakah pendapatan jangka pendek ini sebanding dengan kerusakan jangka panjang yang harus kita tanggung?
Keuntungan finansial yang diperoleh dari ekspor pasir laut mungkin hanya dinikmati oleh segelintir pihak, sementara kerugiannya dirasakan oleh ribuan masyarakat pesisir yang semakin terancam kehidupannya.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi pesisir dan lautnya.
Penambangan pasir laut dalam skala besar, baik untuk ekspor maupun kebutuhan domestik, harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang terhadap dampak lingkungan dan sosial.
Sayangnya, kebijakan saat ini lebih banyak didorong oleh kepentingan ekonomi jangka pendek daripada kelangsungan hidup ekosistem dan masyarakat pesisir.
Suara untuk Masa Depan
Kritik Susi Pudjiastuti bukanlah tanpa alasan. Ia mewakili suara banyak masyarakat pesisir yang merasa ditinggalkan oleh kebijakan yang lebih mementingkan kepentingan ekonomi daripada keselamatan lingkungan.
Suara ini perlu didengar dan direspons oleh para pemangku kebijakan.Â
Tidak bisa dipungkiri bahwa pasir dan sedimen laut memiliki nilai ekonomi, namun nilai tersebut tidak boleh mengorbankan kelangsungan hidup jutaan warga pesisir yang bergantung pada ekosistem yang sehat.
Ke depan, Indonesia harus mengambil langkah yang lebih bijaksana. Memanfaatkan pasir laut untuk memperbaiki wilayah pesisir yang terdampak abrasi adalah solusi yang lebih berkelanjutan dan adil bagi masyarakat.
Dengan demikian, kita bukan hanya melindungi lingkungan, tetapi juga masa depan generasi berikutnya yang akan mewarisi negeri ini.
Jika tidak ada perubahan, kita mungkin akan menyaksikan lebih banyak pantai yang tenggelam, lebih banyak rumah yang hilang, dan lebih banyak mata pencaharian yang musnah.