Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

PON sebagai Bagian dari Narasi Nasionalisme yang Ketinggalan Zaman

19 September 2024   08:56 Diperbarui: 19 September 2024   08:58 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Venue-venue mewah yang dibangun hanya untuk acara ini seringkali dibiarkan mangkrak setelah perhelatan berakhir. Kasus seperti yang terjadi di Papua dan Kalimantan Timur adalah contohnya---tempat-tempat yang menjadi candi modern, sunyi dan terbengkalai.

Jean Baudrillard, dalam teorinya tentang hiperrealitas, menggambarkan bagaimana realitas dapat dikaburkan oleh citra yang dibentuk media. 

PON telah menjadi semacam hiperrealitas, di mana kesuksesan acara dinilai dari jumlah medali dan kemeriahan seremoni, sementara realitas sesungguhnya---kemerosotan sportivitas dan kegagalan pembinaan atlet---dilupakan.

Harapan untuk PON dan Olahraga Nasional

Tidak ada yang salah dengan semangat PON sebagai ajang pemersatu bangsa, namun kita perlu bertanya apakah masih relevan dengan kondisi saat ini. 

Jika tujuan PON adalah untuk menciptakan bibit atlet potensial, maka reformasi besar-besaran dibutuhkan. Kejuaraan daerah dan nasional yang teratur, yang fokus pada kelompok umur, mungkin lebih efektif dalam mempersiapkan atlet muda kita. 

PON, dalam bentuknya saat ini, tidak lagi memenuhi tujuan tersebut.

Sebaliknya, kita perlu menciptakan sistem olahraga yang berkelanjutan, di mana pembinaan dan sportivitas kembali menjadi fokus utama. 

Hanya dengan demikian kita bisa berharap untuk melihat atlet Indonesia bersaing secara adil di kancah internasional, dan PON bisa kembali menjadi simbol kebanggaan nasional---bukan hanya sebuah rutinitas yang kian kehilangan maknanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun