Mohon tunggu...
Adi Azhari
Adi Azhari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

'PLN Itu Kafir'

25 Oktober 2016   23:33 Diperbarui: 26 Oktober 2016   15:58 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak. Tulisan ini tidak akan membahas QS Al-Maidah : 51. Topik yang sedang hangat-hangatnya diberitakan di berbagai media. Secara harfiah kafir bisa diartikan sebagai ingkar atau berkhianat. Lalu kenapa PLN kafir? Memangnya PLN berkhianat dengan siapa? lagipula kerja keras menerangi hingga pelosok negeri juga bukan suatu bentuk pengkhianatan.

Sebenarnya kafir ini hanya ungkapan kekecewaan pelanggan. Sebagian pelanggan mengira bahwa PLN seringkali sengaja mematikan listrik ketika memasuki waktu magrib. Padahal waktu-waktu sekitar magrib itulah puncaknya beban. Saat orang-orang mulai menghidupkan lampu dan beraktivitas dirumah.  Saat beban semakin tinggi maka nilai tegangan akan semakin turun. Jarak juga punya pengaruh terhadap nilai tegangan. Semakin jauh dari pusat listrik (pembangkit) maka nilai tegangan juga akan semakin turun. Jadi bisa dibayangkan betapa rendahnya nilai tegangan di pelosok daerah saat malam hari.

Tegangan rendah ini yang menjadi masalah. Karena sebagian peralatan punya nilai tegangan minimal untuk dapat menyala. Kalaupun menyala, pengoperasiannya juga tidak akan maksimal. Itu sebabnya di ujung-ujung desa, jika tidak mati, pasti nyala lampunya redup saat magrib. Tapi percayalah itu cuma masalah keterbatasan, bukan kesengajaan. Pada kondisi normal, PLN sebagai penjual listrik tidak pernah sengaja mematikan aliran listrik pada saat beban puncak. Logikanya tidak akan ada penjual yang sengaja menutup warungnya saat sedang ramai ramainya pembeli.

Kafir hanya salah satu perwakilan dari banyaknya kata hujatan yang sering dilontarkan pelanggan. Di era bebas berkomentar ini, kita memang semakin gemar nyinyir. Hebat memang petugas PLN, bisa jadi ‘kafir’ tanpa pernah menistakan agama apapun, sering dibilang tidak punya otak padahal tes penjaringan masuk PLN juga tidak mudah. Tugas PLN memang berat karena harus memuaskan banyak orang. Padahal sifat dasar manusia adalah tak pernah merasa puas. Ketika belum terpasang, minta disegerakan untuk tersambung listrik. Ketika sudah tersambung, minta untuk tidak mati-mati. Ketika sudah jarang mati, minta tagihannya tidak terlalu mahal. Tapi ya begitulah, namanya juga manusia.

Menerima hujatan itu biasa. Bahkan dicap kafir dan lain sebagainya itu belum ada apa-apanya. Tak jarang petugas diancam dengan benda tajam, kantor dilempari batu bahkan sampai ada yang terluka atau meninggal saat menjalankan tugas. Tapi itulah namanya berjuang. Berjuang bukan hanya duduk-duduk santai menikmati pujian. Berjuang tidak semanja itu. Saat Nikola Tesla berusaha mengembangkan sistem kelistrikan AC pun banyak yang melawan karena dianggap apa yang ia kembangkan sangat tidak aman untuk manusia, apalagi yang menuduhnya bukan sembarang orang, seniornya sekaligus tokoh yang terkenal dengan penemuan bola lampu, Thomas Alva Edison. Padahal berkat dasar pemikiran Tesla ini ilmu kelistrikan jadi berkembang.

Berjuang memang butuh mental kuat. Berjuang memerlukan kegigihan dan kesabaran. Berjuang memang seperti itu. Banyak hujatannya daripada pujiannya. Banyak berkorbannya daripada bahagianya. Tapi teruslah berjuang kawan, jika kerja keras kita saat ini belum mampu mengusir gelap, semoga Tuhan simpankan cahaya terang di tempatNya nanti.

Dirgahayu PLN ke-71. Kerja Nyata Terangi Negeri

Adi Azhari

AE HAR APP PLN WIL BABEL

Twitter : @adiazharii

Akun kompasiana : http://www.kompasiana.com/adiaz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun