"Bagai sayur kurang garam"
Begitulah pepatah mengatakan yang artinya menggambarkan sesuatu keadaan kurang asyik atau hambar. Dari pepatah tersebut bisa disimpulkan betapa pentingnya peranan "garam" sebagai pelengkap agar sayur tersebut tidak hambar dan sedap untuk dinikmati.
Berbicara garam, tentunya tak lepas dari pantai, sebab garam tentunya lebih banyak diproduksi di wilayah dekat pantai, apalagi negara Indonesia merupakan negara maritim, yaitu sebagian besar wilayahnya merupakan perairan, di mana luas daratannya lebih kecil daripada luas lautnya, bahkan Indonesia termasuk negara dengan panjang garis pantai terpanjang di dunia.
Dari panjang garis pantai tersebut, termasuk didalamnya adalah Kabupaten Brebes, kabupaten yang terletak di pantai utara Jawa ini selain sebagai kabupaten yang dikenal sebagai penghasil bawang merah dan telur asin ternyata juga memproduksi garam rebus pertama di pulau jawa.
Sesuai dengan namanya garam rebus, maka cara pembuatan garam tersebut memang melalui perebusan, bukan melalui pembuatan secara konvensional yang dijemur langsung sinar matahari.
Setelah kering kemudian pasir tersebut dimasukkan ke dalam tempat dari anyaman bambu, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama tompo, tompo tersebut kemudian disiram kembali dengan air laut, tompo tersebut berfungsi untuk menyaring air hasil salinitas.
Untuk perebusan garam itu sendiri memakan waktu hingga 6 jam. Setelah itu, garam ditiriskan dengan media abu di bawahnya supaya garam tersebut benar-benar kering, karena abu tersebut akan menyerap sisa air yang ada digaram. Biasanya untuk mendapatkan kekeringan yang maksimal dibutuhkan waktu hingga satu minggu.
Dan garam rebus tidak mengandung yodium yang biasa dipakai oleh pengrajin telur asin. Karena telur asin yang menggunakan garam rebus ini lebih gurih rasanya.