Mohon tunggu...
Adi Assegaf
Adi Assegaf Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Menulis Untuk Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Unik, Tradisi Gotong Royong Dorong Perahu di Brebes

13 April 2018   22:54 Diperbarui: 15 April 2018   12:54 3158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perahu atau terkadang masyarakat menyebutnya dengan jukung merupakan alat transportasi, yang digunakan nelayan untuk mencari dan menangkap ikan. Umumnya perahu ini secara keseluruhan terbuat dari kayu jati, dan tiap daerah bisa berbeda-beda bentuk jukung atau perahu tersebut.

Namun berbicara tentang perahu, di Desa Pesantunan, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Perahu-perahu yang telah selesai dibuat oleh pengrajinnya, maka perahu tersebut harus didorong ke Sungai Pemali. Karena Sungai Pemali bermuara pada Laut Pantai Utara.

Untuk mendorong tersebut dibutuhkan banyak tenaga, meskipun sekarang bisa saja menggunakan alat berat lainnya, namun di desa tersebut masih menggunakan tenaga manusia untuk mendorong perahu dari tempat pembuatan hingga menuju Sungai Pemali.

Photo By Awang Arwani
Photo By Awang Arwani
Biasanya untuk mendorong satu perahu dari tempat pembuatan hingga menuju sungai dibutuhkan tenaga 100 orang dewasa. Mereka akan mendorong badan perahu dan menarik dari depan dengan bantuan kayu jati sebagai relnya.

Biasanya sebelum mendorong/menarik perahu tersebut dari pihak yang mempunyai perahu, akan menyediakan tiket/karcis untuk warga yang ikut mendorong perahu tersebut, setelah perahu selesai baru tiket/karcis tersebut ditukarkan dengan uang.

Untuk perahu dengan ukuran sedang yaitu panjang 6 hingga 6,5 meter, upah untuk mendorong perorangnya sebesar Rp 15ribu, sedangkan untuk perahu berukuran 7 hingga 8 meter, upah untuk pendorong sebesar Rp 20ribu.

Photo By Awang Arwani
Photo By Awang Arwani
Iwan Sudirman (38), warga Desa Pesantunan, RW 04 mengatakan, setiap ada perahu yang sudah rapi dan siap di dorong, biasanya warga akan tanya kapan akan di dorongnya.

"Biasanya memang setelah selesai pembuatan perahu, pengrajin perahu akan berkomunikasi dengan pemiliknya dan warga sekitar biasanya juga sudah menanyakan waktu dan hari untuk mendorong perahu tersebut, setelah mendapat kepastian hari dan waktunya biasanya warga melakukan woro-woro melalui lisan kepada teman atau sanak saudaranya," kata Sudir.

Menurut Sudir, warga yang akan ikut mendorong biasanya akan berkumpul setengah jam sebelum perahu didorong, sambil ikut membantu mempersiapkan bantalan atau rel dari potongan kayu jati untuk jalannya perahu supaya perahu tersebut bisa jalan dengan mudah saat didorong.

Photo By Awang Arwani
Photo By Awang Arwani
Masih menurutnya, paling enak dorong perahu yang jaraknya deket dengan Sungai Pemali karena dapat upahnya juga sama.

"Pengrajin perahu di Desa Pesantunan, tidak semuanya berada di bantaran Sungai Pemali, ada yang dekat dengan pemukiman warga, yang paling enak itu yang deket dengan sungai pemali, karena jarak tempuhnya dekat, sedangkan yang dipemukiman warga itu jaraknya jauh harus melewati jalan utama desa untuk menuju sungai pemali, tapi tetep alhamdulillah ada kegiatan ini disaat menganggur," tuturnya.

Photo By Awang Arwani
Photo By Awang Arwani
Senada dengan Sudir, Nanang (36) nelayan setempat mengatakan, sangat senang kalo ada acara dorong perahu, menurutnya kegiatan dorong perahu selain mempererat persaudaraan dan gotong royong warga, upahnya bisa untuk uang beli rokok dan beli jajan anak saat tidak berangkat untuk menjala ikan.

"Ya Alhamdulillah, pas saya tidak kerja ada kegiatan dorong perahu ini, sehari ini ada dua perahu, karena memang ada dua pengrajin yang sudah siap perahunya untuk di dorong, saya suka dengan guyubnya warga dan gotong royongnya dalam mendorong perahu dengan satu komando, selain itu juga dapat upah yang bisa untuk beli rokok dan untuk uang jajan anak-anak," ungkapnya.

Sementara itu Tono (56), salah satu pembuat perahu merasa terbantu oleh warga yang ikut mendorong perahu milik pembelinya.

"Ini memang sudah menjadi kebiasaan kami, saat perahu sudah siap semua dan akan dibawa oleh pemiliknya ke daerahnya, maka perahu tersebut akan didorong bersama-sama oleh warga, dan uang lelah untuk warga yang ikut mendorong perahu sebanyak seratus orang bahkan kadang lebih, sudah disiapkan oleh pemiliknya sebagai konsekuensinya," pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun