Gerakan membawa bekal makanan dari rumah juga bisa menjadikan anak-anak lebih menghargai makanan. Makanan yang mereka bawa adalah buatan ibu atau ayah atau kakak atau pengasuh dengan penuh kasih sayang.Â
Anak-anak akan belajar bahwa makanan itu mesti dihabiskan. Tidak boleh bersisa karena berpeluang menjadikan sampah yang terbuang.
Mereka juga bisa diedukasi agar menghabiskan bekal mereka dan tak boleh mubazir. Sejak dini anak-anak dibero tahu kalau makanan akan dihargai dan mendapat keberkahan jika dihabiskan.Â
Sedangkan perilaku menyisakan makanan bahkan membuangnya, jauh dari rahmat Tuhan.
Jadi, gerakan ini secara ideologis juga membuka kesadaran mereka tentang kesyukuran. Ini dalam tataran etika dan adab mereka memperlakukan makanan.
Hal itu tentu urgen untuk menekan jumlah sampah dari sisa makanan. Teredukasinya anak-anak ini akan membuat mereka makin menghargai arti makanan yang mereka bawa.
Walhasil, karena makanan habis disantap, tak ada limbah yang mereka bawa pulang. Ini juga suatu langkah baik menekan sampah organik yang terbuang percuma.
Gerakan membawa bekal ini saya kira penting untuk terus dikampanyekan. Dua sisi penting akan tercapai dari sini.Â
Selain sisi kebersihan dan gizi makanan yang terjaga, juga bisa menjaga lingkungan dari limbah domestik. Baik itu sisa makanan dari bekal mereka maupun bungkus makanan atau minuman atau kudapan yang mereka beli di kantin sekolah. []
gambar pinjam dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H