Wisata di belahan dunia manapun dan awet sampai dengan sekarang pasti memiliki keunggukan komparatif. Keunggulan itulah yang kemudian selalu dipelihara dan menjadi keunikan. Dari situlah banyak orang tertarik untuk datang. Baik itu untuk memperoleh jasa atau produk barang dari destinasi yang didatangi.
Indonesia juga semestinya demikian. Dengan adanya konektivitas ini, sesungguhnya menjadi tantangan bagi kita untuk menghasilkan produk dan jasa yang unik.Â
Unik itu kemudian melekat menjadi jenama dan dikenal sampai ke mancanegara. Karena itulah nanti orang akan terus datang karena memang hanya di sanalah ia bisa temukan keistimewaan dan keunikan itu.
Dalam konteks inilah, pelaku usaha kita mesti lebih inovatif dalam menawarkan produk dan jasanya. Konektivitas ini hanya akan dimanfaatkan negara lain dan pelaku usahanya jika kita tak bersiap sedari sekarang. Adanya konektivitas ini mestinya makin memacu kita menghasilkan keunggulan yang terus dinovasi dan menjadi citra jenama yang kuat.
Jangan berharap untuk mudah bagi wisatawan mentransfer duitnya melalui skema QRIS itu kalau secara produk kita tak punya keunggulan.
Pembayaran yang terkoneksi itu adalah alat yang memudahkan. Pemicu adanya transaksi adalah produk barang dan jasa.Â
Kesiapan kita terhadap produk dan jasa itu akan selaras dengan kesiapan kita dalam menyongsong model pembayaran terkoneksi. Akan tetapi, jika produk dan jasanya tidak ada yang menjual, siapa yang hendak membayar dengan skema demikian?
Maka itu, buat pelaku usaha, jadikan inisiasi Bank Indonesia ini agar pembayaran seantero ASEAN menjadi peluang tersendiri. Makin giatlah untuk menyongsong para turis. Kesiapan itu pada keunggulan produk dan jasa serta keramahan kita dalam melayani para pelancong.
Keempat, urgensi peran bank sentral
Kita juga terus menanti peran BI untuk memberikan informasi ini ke semua perbankan di Tanah Air. BI mesti bisa memastikan skema konektivitas pembayaran negara se-ASEAN ini bisa dipersiapkan dengan baik oleh semua perbankan. Ujung tombaknya tentu saja perbankan nasional kita.
Jika memasuki musim puncak datangnya wisatawan, perbankan kita juga mesti siap-siap agar infrastruktur mereka siap lahir batin. Kejadian dua bulan lalu di mana nasabah BSI kesulitan dalam bertransaksi jelas tidak boleh terjadi lagi.