menkominfo. Kader Nasdem itu kini sedang berurusan dengan Kejaksaan Agung lantaran dugaan korupsi pembangunan tower BTS senilai Rp8 triliun.
Ada dua nama yang beberapa kali tersebut dalam media massa sebagai pengganti Johnny Plate sebagaiDua nama yang tadi barusan saya cek di internet adalah bekas Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan bos MNC Hary Tanoe. Siapa yang menggantikan Plate tentu hanya Presiden Jokowi seorang yang tahu.Â
Sebab, menunjuk pembantu di kabinet adalah hak khusus seorang presiden. Masukan bisa dari mana-mana. Akan tetapi, surat keputusan tetap yang teken orang nomor satu di Indonesia itu.
Jika dibandingkan antara dua nama itu, yang paling mendekati kecocokan untuk penugasan menkominfo memang Hary Tanoe. Musababnya, Hary adalah orang media. Sedikit banyak meski berbasis pengusaha media, Hary agaknya paling layak.
Apalagi Hary adalah ketua umum Perindo, partai yang belum punya kursi di Senayan. Meski demikian, Perindo lumayan serius mempersiapkan pemilu 2024.Â
Bau-baunya juga siap merapat untuk mendukung pencapresan yang sesuai dengan keinginan Jokowi. Beberapa nama andalan sudah ia siapkan. Di antaranya bekas Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang dan Yusuf Mansyur.
Masih ada dua nama presenter terkenal yang juga pemimpin redaksi di grup yang dipimpin Hary. Mereka adalah Prabu Revolusi dan Aiman Witjaksono. Bekas Gubernur Lampung M Ridho Ficardo juga menjadi bakal caleg dari daerah pemilihan Lampung.
Jika Hary Tanoe pada sisa masa kabinet ini menjadi menteri kominfo, tentu ini mengulang penguasaan satu kementerian di bawah satu korporasi media besar.Â
Jika dahulu Plate yang Nasdem dengan ketua umum Surya Paloh yang bos MetroTV, bisa beralih ke grup MNC.
Publik boleh saja berpikir taktis bahwa yang namanya urusan kementerian itu pasti ada uangnya, ada anggarannya. Karena menterinya dari media tertentu dan lumayan menggurita, mungkin juga ada kekhawatiran dominasi satu media akan terasa.
Belum juga masuk kabinet saja, mars Perindo yang terkenal itu sudah akrab di mana-mana sejak beberapa tahun lalu. Apatah lagi ini jika benar-benar Hary Tanoe jadi menkominfo.
Andaipun Hary Tanoe yang memang dipilih, tugas dia sebagaimana pernah saya tulis di Kompasiana paling tautan ini. Ia mesti jadi menkominfo yang humanis. Ia mesti siap berhadapan saban hari dengan cuitan pegiat media sosial dan laporan jurnalistik insan pers.Â
Baca: Pesan untuk Presiden, Ini Kriteria untuk Menkominfo yang Baru
Hary jelas sudah memahami itu. ia juga mesti paham, media massa, meski berbasis bisnis, tetap punya langgam agar kritis kepada kebijakan yang tidak memihak masyarakat atau ada kesewenang-wenangan. Hary mesti memahami itu dengan baik.
Akan tetapi, siapa pun yang jadi menkominfo, pegiat media sosial, jurnalis, dan elemen masyarakat sipil tetap mesti menjaga kewarasan dan kekritisannya sehingga bisa menjadi bumper demokrasi.Â
Jangan sampai ada hegemoni baru dalam mengelola informasi. Jangan menjilat pada kekuasaan atau sistem asal bapak senang (ABS).
Tugas mulia menkominfo yang baru tentu saja berusaha agar sebaran sinyal internet di seluruh negeri ini bisa terakses dengan baik. Pembangunan BTS yang sekarang jadi masalah mesti segera diselesaikan agar menjadi kemaslahatan untuk semua.Â
Entah siapa yang akan meneruskannya. Bisa Hary Tanoe, boleh jadi Andika Perkasa, atau sosok lain dari elemen profesional atau malah dari kader partai koalisi pemerintah. Yang jelas kemungkinan besar tak lagi dari Nasdem. [Adian Saputra]
Foto pinjam dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H