Sebulan lalu saya mengajak keluarga bermalam di Hotel Sahid Bandar Lampung. Hotel ini sudah berusia 33 tahun. Uniknya, saat diresmikan Menteri Pariwisata era Orde Baru, Soesilo Soedarman, tanggalnya sama dengan tanggal lahir saya: 27 Januari.
Ini bangunan yang sudah lama sekali berdiri. Seingat saya, Sahid termasuk hotel awal di kota ini. Persaingan makin tajam dengan hotel-hotel baru membuat manajemen mesti putar otak agar bisa bertahan.
Saya pilih staycation dalam kota ini karena memang antiribet. Tidak ada drama dalam perjalanan sebagaimana kita menuju kota lain. Sekaligus makin mengetahui destinasi hotel di kota sendiri. Beberapa hotel di dalam kota sudah saya singgahi bersama keluarga.
Punya dua anak laki-laki, fasilitas yang paling disukai tentu saja kolam renang. Beberapa hotel tempat saya dan keluarga singgahi rata-rata punya fasilitas ini. Selain di Sahid, Horison dan Sheraton juga punya kolam yang luas.
Namun, jika dibandingkan luas dan kenyamanan, Sahid masih unggul. Meski hotel lama, kolam renangnya saban minggu dipakai banyak orang untuk latihan atau rekreasi keluarga.
Kolam saya rasa adalah wujud kesantaian keluarga di hotel. Inilah kondisi di mana anak-anak bisa sepuasnya bermain.Â
Mereka bisa sesekali naik kemudian makan dan minum. Ini juga sarana mendekatkan anggota keluarga.Â
Apalagi bagi keluarga yang ayah dan ibunya bekerja. Tentu keakraban semacam ini sangat dibutuhkan.
Bagi kami, pilihan untuk staycation ini sungguh menarik dan menjadi quality time tersendiri.
Tentu jelas ada keinginan untuk mengunjungi dan bermalam di hotel milik jaringan Kompas Gramedia, semisal Hotel Santika, Amaris, Kampi, The Anvaya, The Kayana, dan atau The Samaya.
Hotel-hotel dalam jaringan Kompas Gramedia tentu sudah tidak usah diragukan lagi kualitasnya. Membaca buku biografi PK Ojong saja sudah tergambar betapa grup Kompas Gramedia ini memang menjadikan setiap unit usahanya itu dengan kualitas yang nomor satu.