kopi susu. Jika cuaca memungkinkan, pas sekali jika dikasih es batu. Rasanya begitu dicecap, luar biasa.Â
Saya kerap berbuka puasa denganNamun, cuaca panas memang riskan memasukkan cairan ekstradingin ke dalam tubuh. Itu sebabnya, kopi susu hangat menjadi pilihan.
Simpel saja membuatnya. Saya biasanya memasak air masak untuk kopi lebih duluan.Â
Bubuk kopi saya masukkan bersama air. Tidak dimasukkan saat air mendidih.Â
Cara ini bagi saya akan membuat citarasa kopi begitu mendalam di airnya ketimbang kita masukkan sesaat setelah air mendidih.
Saya juga terbiasa menggunakan bubuk kopi pilihan. Biasanya yang petik merah.Â
Harganya tentu jauh lebih mahal ketimbang kopi biasa ala warungan. Kebetulan juga saya tipikal penyuka kopi pahit.Â
Hanya momentum Ramadan ini saja saya akan menambahkan dengan kental manis secukupnya saja. Kata orang, manis-manis jambu.
Usai itu, saya biasanya memberikan kental manis secukupnya. Unsur susu, supaya sehat, saya ambil dari susu murni merek Beruang.Â
Ini unik ya. Susu beruang. Susu murni sapi, tapi dikasih nama beruang. Pas ada iklannya, juga tampak seekor naga. Unik juga.
Sekaleng penuh susu murni itu saya masukkan. Kopi tadi kemudian saya tuangkan juga ke dalam gelas yang ukurannya lebih besar.Â
Klop sudah. Kopi susu. Ini pilihan paling realistis untuk berbuka dengan yang manis.
Saya percaya susu murni tadi turut membantu mengembalikan energi dan kekuatan fisik dan jiwa usai seharian berpuasa. Kopi yang saya seduh juga dipercaya memberikan efek untuk menenteramkan diri dan pikiran.Â
Wangi kopinya yang menguar makin membikin suasana jelang buka itu terasa khidmat, syahdu, dan melankolik. Selamat berbuka dengan yang manis. Allahumma lakasumtu. [Adian Saputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H