Saya pernah lima tahun menjadi dosen luar biasa (DLB) untuk mata kuliah Jurnalistik Islami di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung. Saat saya mulai mengajar tahun 2015, nama kampus ini masih IAIN. Kelak, nama entitas ini menjadi UIN.
Saban ke kampus, saya tertahan di ruang kelas fakultas. Dari sejak masuk, bangunan Masjid Safinatul Ulum sedang dalam renovasi besar-besaran.Â
Seingat saya sejak tahun 2010 masjid kampus Islam ini dibenahi. Kini masjid megah itu sudah mentereng. Dari jauh, kemilau putihnya menyejukkan jiwa yang memandangnya.
Saya ingat respons publik kepada pembangunan masjid ini dimulai dari pemberitaan di media massa. Lantaran itu pula banyak pihak yang bersedia menyumbang untuk menyelesaikan pembangunan masjid ini.
Berbeda dengan masjid lain, lingkup Safinatul Ulum ini sarat dengan ruang terbuka hijau. Pohon-pohon besar masih banyak tegak di kampus Islam ini.Â
Rerumputan segar tumbuh dengan bebas dan terawat. Yang uniknya juga, di depan masjid ada embung besar. Dalamnya sekira 3 meteran.
Hari Sabtu dan Ahad, serta hari libur, area sekitar masjid ramai oleh pengunjung. Mereka menikmati suasana hijau sekeliling masjid.Â
Ada yang sambil mengudap dan menyesap kopi. Ada yang memandang jauh ke depan.
Beberapa lebih suka joging dan lari kecil di trek yang kokoh di sekitaran embung. Safinatul Ulum menjadi bukti masjid yang ruang ibadah juga bisa mengejawantah menjadi ruang terbuka hijau, ruang milik publik berinteraksi dan berekreasi.
Ruang ibadah di dalam kini makin sering digunakan. Apalagi di kampus ini ada Mahad Al Jamiah.Â
Saya kebetulan sudah tiga tahun belakangan menjadi mentor ekstrakurikuler jurnalistik teman-teman di mahad ini. Dari mereka saya dapat cerita betapa masjid itu makmur sekarang dengan beragam kegiatan.
Pada Ramadan ini saja marak kegiatan di ruang ibadah Safinatul Ulum. Salat lima waktu tentu saja. Ditambah tarawih.Â
Tiga ratusan mahasantri di kampus ini ke masjid semua untuk menunaikan salat tarawih. Belum lagi ditambah dengan deretan acara pengajian.
Adanya mahasantri membuat malam di masjid keren ini makin semarak dengan nilai keislaman. Tiap pekan ada saja program yang ditaja.Â
Dari yang murni religiositas sampai dengan nilai kesenian dan budaya serta tradisi masyarakat Islam di Nusantara.
Kebersihan dijaga benar oleh pengelola masjid. Bahkan untuk toilet pun terpisah dengan bangunan utama. Ini kemungkinan untuk menjaga kesucian lokasi masjid.
Yang memang menarik, seperti saya tulis secuplik di atas, Masjid Safinatul Ulum juga menjadi ruang terbuka hijau yang nyaman untuk dinikmati.Â
Sekeliling masjid ini demikian hijau. Tak ada bosan-bosan mata memandang.
Silakan Anda datang. Duduk di tepian embung. Selonjorkan kaki dan minumlah air mineral dari botol.Â
Tataplah bangunan rumah Allah swt itu. Pancaran kelir putihnya memang terasa menyejukkan. Juga tatap menara tinggi yang kokoh menjulang.
Jika bosan, langkahkan kaki meniti setapak kokoh nan bersih di selingkaran embung ini. Fasilitas ini barangkali sebuah hal yang melengkapi eksistensi Safinatul Ulum.
Di dalamnya orang bebas beribadah dengan khusyuk. Di luarnya orang bebas menikmati kesejukan udara sepanjang hari dengan hijaunya pemandangan di segala sisi.
Jangan coba-coba juga merokok di sini. Meski ruang terbuka hijau, pantang di sini untuk mengudut. Buat para ahli isap, mendingan cari lokasi lain di luar lokasi ini untuk mengisap sebatang sigaret.
Islam itu rahmatan lil alamin. Ini tecermin dari Masjid Safinatul Ulum.Â
Keberadaannya memberikan banyak manfaat untuk umat dan masyarakat secara umum. Ya ruang ibadah, ya ruang terbuka hijau.Â
Ya ruang privilese untuk bermunajat kepada Tuhan, juga ruang publik untuk anggota keluarga mengeratkan silaturahmi. Selamat berpuasa. [Adian Saputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H