Di sana matahari mulai tenggelam kisaran pukul 19.40. Kurang lebih jam delapan malam waktu Amerika Serikat matahari benar-benar khusyuk di peraduannya.
Sekar tinggal bersama seorang peserta di rumah yang disediakan di sana. Meski padat aktivitas, ia bilang tak mau melepaskan begitu saja suasana Ramadan.
Ada peserta dari Oman yang ia ajak bareng untuk tarawih. Sedangkan untuk urusan tadarus, ia melakukannya sendiri.
Sekar memang punya basis keagamaan yang kuat. Ia lulusan MAN 2 Bandar Lampung.
Selama di sana Sekar juga mesti cepat beradaptasi dengan makanan. Ia sudah tiga hari tidak makan nasi. Mi, apel, piza, salad, dan yogurt jadi santapan keseharian kala buka dan sahur.
"Aku kangen nasi, Kak," kata dia.
Nasi di sana ada. Orang sana lazim sebut brown rice.
Dari merdeka.com, saya mengutip, brown rice (beras cokelat) adalah beras yang setengah digiling atau hanya diproses dengan cara menghilangkan sekam tanpa dipoles sampai menjadi menjadi beras putih.Â
Meskipun demikian, ternyata ada banyak sekali keuntungan makan brown rice.
Saya ucapkan selamat berpuasa Ramadan untuk Sekar. Kali ini ia mesti jauh dari orang tua dan teman dekat.
Di sana ia akan bertemu dengan orang-orang dan suasana baru. Selamat puasa, Sekar. [Adian Saputra]