Sejak pandemi melanda, kegiatan Safari Ramadan jelas tidak ada. Jangankan mau bersafari, tahun pertama pandemi saja banyak masjid yang meniadakan salat tarawih.
Kini kita bisa tarawih lagi dengan hati lebih tenang. Namun, apa kabar safari Ramadan?Â
Tampaknya tahun ini juga tidak ada. Apalagi ada surat edaran Presiden yang meniadakan buka puasa bersama oleh pejabat dan ASN.
Di masjid-masjid kampung, saat Ramadan, satu hingga dua kali menerima kunjungan rombongan safari Ramadan. Jika beruntung, kedapatan didatangi gubernur atau wali kota atau bupati beserta rombongan.
Yang paling beruntung bisa ketempatan safari Ramadan rombongan presiden dan menteri. Di masjid saya dahulu paling banter camat yang datang.
Saya melihat ada dampak positif dari safari Ramadan ini. Mestinya memang tradisi sejak masa Orde Baru ini dilestarikan. Ada sejumlah alasan kenapa safari Ramadan pejabat pemerintah ini penting dilakukan.
Pertama, wujud silaturahmi umara dengan rakyat
Pemerintah itu umara. Mereka diberikan kewenangan menjalankan eksekusi pembangunan. Umara ini mestilah dekat dengan rakyat. Sebab, pembangunan yang dikerjakan itu asasinya sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Jika masyarakat butuh jalan yang mulus, itulah yang diprogramkan. Jangan sebaliknya. Masyarakat minta perbaikan jalan, yang dikasih malah mesin pompa air. Kan tidak sinkron.
Adanya safari Ramadan ini wujud silaturahmi pemegang tampuk kekuasaan kepada rakyat. Dengan memanfaatkan momentum Ramadan, rakyat jadi tahu siapa eksekutif yang urus hajat hidup mereka.Â
Adanya kedekatan ini penting. Dari sini terbangun sinergi yang bagus. Kapan lagi ada pejabat masuk kampung kalau tidak Ramadan. Kapan lagi anggota dewan mau datang kalau bukan momentum bulan puasa.Â
Kapan lagi bisa duduk bareng camat dan lurah atau kepala desa kalau bukan dengar kultum bareng. Jadi, buat saya, safari Ramadan ini jadi momentum istimewa untuk mendekatkan diri pejabat kepada rakyat. Sehingga tidak ada jarak.
Kedua, rakyat bisa langsung sampaikan unek-unek
Adanya safari Ramadan menjadi peluang rakyat bicara langsung kepada pejabatnya. Apa yang mereka inginkan untuk pembangunan di desanya.Â
Apa yang paling mendasar yang dibutuhkan. Apa yang paling urgen untuk duluan dikerjakan. Apa yang paling esensial dilakukan pemerintah. Biasanya dalam momentum safari Ramadan, ada ruang untuk rakyat bicara dan pejabat mendengar.
Dari sini terbangun komunikasi yang baik. Sehingga apa yang akan diprogramkan disesuaikan. Memang benar sekarang ada musyawarah rencana pembangunan.Â
Namun, kadang, apa yang diusulkan, apa pula yang diprogramkan. Dengan memanfaatkan momentum safari Ramadan ini, rakyat bisa kasih argumentasi kalau mereka membutuhkan hasil pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan.
Ketiga, menghilangkan sekat-sekat
Datangnya pejabat, anggota dewan dalam agenda safari Ramadan juga bisa menghilangkan sekat antara orang berpangkat dengan rakyat. Dengan kumpul bareng, guyub bareng, sekat-sekat itu mau kita kikis. Jangan sampai ada gap yang lebar antara pejabat dan rakyat.
Adanya safari Ramadan dengan tarawih bareng, dengar kultum bareng, semua ini punya dampak signifikan. Di sinilah para pejabat bisa duduk bareng rakyat. Mencicipi kue kampung, menikmati kopi khas desa, dan mendengar unek-unek warga.
Kalau ini yang dibangun, para pejabat pun bisa sadar kalau mereka adalah bagian dari masyarakat. Bahwa mereka punya "jengkol" di pakaian dinas, itu amanah saja. Kapan saja bisa dicabut oleh si empunya jabatan.
Sekat-sekat seperti ini yang tidak boleh ada di masyarakat. Semua mesti sama meyakini kalau kedudukan di mata Allah swt itu sama. Hanya beda dalam tugas, fungsi, dan kewenangan yang disesuaikan dengan amanat yang diberikan.
Sayang tahun ini Presiden Jokowi kasih imbauan kalau tak mau disebut larangan buka puasa bareng. Aturan ini juga menghapus peluang adanya safari Ramadan.Â
Padahal ini momentum bagus buat pemerintah mendekatkan diri kepada rakyat. Sayang, kesempatan yang baik ini dibuang. Selamat berpuasa. [Adian Saputra]
Foto pinjam dari sini
Baca juga beberapa artikel menarik penulis di bawah ini
3 Manfaat Anak-Anak Diberi Kesempatan Tampil Kultum Ramadan
Kapan Terakhir Kamu Beli Buku Soal Puasa Ramadan di Toko Buku
Mengikat Pembaca dengan Feature
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H