Mungkin itu yang ada di benak kita kala melihat postingan ibadah di media sosial kala Ramadan.
Baca Juga: Jilbab dan Sebatang Rokok
Saya juga tak tahu ya kalau situasinya itu berbalik ke saya, hahaha. Misalnya pas ada rezeki eh bisa umrah kala Ramadan.Â
Ya Allah, gimanalah ini. Mau posting takut ganggu keikhlasan. Tapi enggak posting, tapi hati dan pikiran pengen pamer, ups, astagfirullah.
Yang jelas, Ramadan memang mesti kita isi dengan semaksimal mungkin. Mungkin inilah masa kita mesti benar-benar bijak menggunakan media sosial untuk menahan umbaran ibadah.Â
Ada baiknya momentum Ramadan ini kita jadikan murni lillahitaala. Jauhkan rasa ingin bikin status soal ibadah selama Ramadan.Â
Cukup kita saja yang tahu. Atau kalau yang sudah punya suami atau istri, silakan memberikan nasihat yang baik.
"Sayang, jangan lupa duhanya ya. Sama baca Alquran pas di sela kerjaan." Begitu mungkin lebih baik.
Atau memberikan motivasi kepada anak-anak kita.
"Ayo, Kakak Nuh, jangan pegang hape terus. Buka Alqurannya baca setengah juz, Nak." Begitu mungkin lebih baik.
Ini tidak termasuk untuk aktivitas filantropi lembaga zakat atau lembaga kemanusiaan yang mesti rajin unggah konten. Ini demi menjaga kepercayaan mitra.