Sekitar tujuh tahun lalu seorang teman berangkat umrah. Saya baru tahu dia umrah setahun kemudian.Â
Teman ini tak unggah satu pun foto selama di Tanah Suci. Saya kemudian tanya, kenapa tak kabari saya kalau umrah. Saya juga tanya kenapa tak ada postingan umrahnya di media sosial.
Ia hanya tersenyum. Tidak ada alasan pasti kenapa ia tak mengunggah atau minimal kasih kabar ke saya. Ia hanya menjawab pendek. "Buat apalah, Kak. Malu juga."
Baca Juga: 4 Alasan Mahasiswi Perguruan Tinggi Islam Pakai Jilbab Hanya di Kampus
Alhamdulillah rasa malu teman ini tinggi juga. Kalau orang lain dan ini kebanyakan memang demikian, orang umrah pasti pasang foto selama ibadah di sana. Bisa diunggah di media sosial bisa pula status di WhatsApp.
Trennya memang meningkat. Tren orang pasang foto dan takarir plus informasi lain soal ibadah di media sosial.Â
Soal niat tentu kita tidak tahu. Hanya kita dan Allah swt yang tahu niatnya unggah di media sosial itu apa.Â
Bisa jadi murni pamer. Kemungkinan juga murni pesan dakwah.Â
Boleh jadi sekadar informasi. Juga bisa jadi ajakan untuk orang berbuat kebaikan yang sama.
Namun, alangkah baik jika dimensi ibadah ini hanya kita dan Tuhan saja yang tahu. Algoritma media sosial tak perlulah dikasih tahu.Â
Nanti banyak godaan. Ada ujaran nyinyir. Ada juga semacam doa. Ada juga bentuk respons yang memberikan apresiasi.Â