Orang media dan pembaca mesti tahu itu tulisan siapa. Kalau memang ia dituliskan oleh orang lain, media massa juga pasti lambat laun paham kalau karya ini hasil penulis bayangan.Â
Kalau memang demikian, manajemen media massa dipersilakan tidak memuat karya orang itu lagi.
Opini di media massa itu karya ilmiah juga. Ia ditulis berdasar fakta tertentu atau kejadian tertentu yang menjadi pembicaran banyak orang.Â
Dari situ, kemudian si penulis menuangkan gagasan terhadap persoalan itu. Ia bisa pro, bisa juga kontra.Â
Ia juga bisa mendedahkan solusi atas persoalan itu. Atau paling tidak memberikan paparan.Â
Kadang diberikan masukan dari kutipan buku atau hasil riset lembaga atau seseorang yang ahli. Karena itulah, opini di media massa juga karya ilmiah.Â
Lengkapnya karya ilmiah populer. Kenapa ada populernya? Sebab, karya itu ada di ruang publik media massa. Semua orang bisa membaca secara terbuka.
Ini sedikit berbeda dengan karya ilmiah yang dihasilkan untuk ruang akademik an sich. Misalnya jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi. Ia hanya diakses sebagian kecil orang. Tak banyak di antara kita yang bisa dengan mudah mengakses karya ilmiah tadi.Â
Akan tetapi, kalau karya ilmiah populer berupa opini, resensi buku, resensi film, dan lainnya, kita lebih mudah memperolehnya. Itulah sebab mengapa karya di media massa ini dalam hal opini juga masuk karya ilmiah populer. Semoga sampai sini menjadi jelas.
Kalau kita mau kembali ke asasinya kejujuran ini, ya memang semuanya mesti terang benderang. Kalau orang tadi tak mampu menulis, ya tak usah memaksakan diri menulis. Apalagi sampai punya tulisan bagus kemudian diunggah ke media massa.
Politikus yang punya keinginan semacam ini mestinya mencontoh politikus tempo dulu. Hampir semua pendiri bangsa ini punya kultur membaca dan menulis yang kuat. Dengan demikian, mereka memang punya kemampuan menulis yang piawai.Â