Tidak nyaman kerja juga banyak penyebabnya. Misalnya, komunikasi dengan atasan sudah tidak baik.Â
Namun, berdasar banyak pengalaman, situasi tak nyaman karena unsur pimpinan sudah muak melihat muka kita. Kadang dicari alasan supaya kita hengkang. Bisa jadi juga dengan penawaran untuk pensiun dini tapi dengan skema yang merugikan.
Kedua, buntu karier
Ini maksud judul tulisan di atas. Buntu yang pertama ini buntu pada karier.Â
Ada banyak lapisan yang mesti kita tembus untuk naik. Kita mau naik jabatan susahnya minta ampun. Kenapa? Musababnya, masih banyak senior di atas.
Lazimnya perusahaan kayak begini karena tak punya kanal menyalurkan potensi karyawan. Jadi, slot yang ada sedikit, tapi yang berebut bejibun.
Kalau kita termasuk yang punya talenta dengan kinerja yang baik, pikir dua kali untuk bertahan. Saya juga demikian.Â
Saya sering cerita di kelas-kelas jurnalistik yang saya asuh. Saya punya kemampuan memadai. Saya bisa menulis dengan baik, menyunting dengan ok. Kemampuan bicara saya juga lumayan. Kemampuan organisatoris juga boleh diuji. Dulu waktu SMA pernah jadi ketua umum OSIS.
Jika kita melihat potensi besar kita ini tak bakal sanggup dipenuhi kantor yang dijejali orang banyak dan buntu pada karier, silakan berhenti. Resign bisa kita putuskan jika dalam waktu relatif lama, lima tahun misalnya, kita buntu karier.
Carilah kantor yang bisa memuaskan talenta kita itu. Kantor kecil tak apa asal kita mendapat peran lebih di dalamnya.Â
Ini terjadi ketika saya memutuskan pindah ke sebuah web lokal dengan tenaga kerja yang kurang dari sepuluh. Saya bisa lebih optimal dan mengatur orang dengan baik. Apakah dengan pindah kerja kemudian gaji meningkat? Sabar. Itu ada di poin berikutnya.