Mungkin pikir manajemen perusahaan atau bosnya, buat apa selama ini memberikan suara dan bantuan kepada mereka yang tidak ada kaitan sama korporasi. Ketimbang mendukung orang lain, lebih baik memberikan kesempatan dan suara serta bantuan finansial kepada karyawan yang dinilai punya potensi.
Pada pemilu 2019, ada yang seperti ini. Hasilnya juga bagus. Karyawan senior yang diusung penuh kantor, terpilih menjadi legislator di tingkat provinsi.
Ada kecenderungan sekarang, perusahaan berusaha memasukkan orangnya ke dalam legislatif. Namanya perusahaan, tujuan utama kan mencari keuntungan.Â
Maksudnya, jika ada karyawannya yang menjadi anggota dewan atau bahkan menduduki kursi eksekutif, kepentingan perusahaan bisa diamankan. Dalam arti, mungkin dari sisi izin usaha untuk pengembangan korporasi, ada yang mengawal.
Ketimbang memercayakan ini kepada orang lain, lebih baik kepada karyawan sendiri. Karyawan juga senang karena dia menuju kursi legislatif dengan dukungan penuh.
Perusahaan juga senang ada yang bisa dititipi kepentingan supaya perusahaan makin berkembang.
Perusahaan besar biasanya kalau mendekati pemilu pasti didatangi banyak orang. Tentu permohonan bantuan baik dana maupun suara dari politikus. Karena keseringan, mungkin perusahaan juga mangkel.
Manajemen lantas berpikir, daripada saban pemilu memberikan dukungan kepada orang lain, lebih baik dukungan diberikan kepada karyawan sendiri. Tentu dipilih yang memang memenuhi syarat.
Dalam konteks ini, saya meyakini, memberikan cuti adalah langkah yang paling bijaksana. Apakah karyawan ini maju mendiri tanpa dukungan penuh kantor atau memang ia sengaja dipersiapkan perusahaan untuk nyaleg.
Setidaknya, kalaupun tidak terpilih, masih ada kesempatan untuk bekerja lagi. Nanti lima tahun lagi persiapkan yang matang.Â
Jika manajemen masih mengusung, tahun berikutnya kans terpilih lebih besar. Kan sudah ada pengalaman?