Perempuan kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 5 Januari 1977 ini pernah berkarya di Metro TV dan RCTI. Di Metro TV, Wianda pernah membawakan acara Bisnis Hari Ini, Indonesia Solutions, dan Editorial Malam serta program Policy Makers bersama narasumber tetap Wakil Presiden RI saat itu Jusuf Kalla.
Lulusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini kemudian memilih bergabung dengan Pertamina sejak Oktober 2008. Terakhir, dia menjabat sebagai VP Corporate Communication yang bertugas melaksanakan berbagai publikasi dan pembinaan hubungan eksternal maupun internal di Pertamina.
Saya tadi bilang pekerjaan jurnalis dan PR itu berbeda sekali. Kalau konteks jurnalisme adalah menghasilkan karya yang kritis untuk kemaslahatan masyarakat, PR cukup berbeda.
Juru bicara perusahaan akan menjelaskan segala sesuatu yang positif tentang apa yang ada di kantornya. Ia akan berusaha memoles citra lembaganya dengan baik.Â
Jika ada masalah, juru bicara perusahaan umumnya menjadi narasumber utama wartawan.
Misalnya ada kelangkaan bahan bakar minyak. Ketika terjadi kelangkaan, jurnalis pasti meminta juga keterangan dari Pertamina, bagaimana hal ini bisa terjadi. Bagaimana pola distribusi sehingga bahan bakar minyak langka. Dan berapa lama kelangkaan ini sampai bisa dituntaskan.
Jurnalis bekerja mewakili warga. Sedangkan juru bicara perusahaan bicara mengenai entitasnya.Â
Sebab itu, juru bicara perusahaan akan menjelaskan dengan gamblang apa yang terjadi sembari memberikan penekanan bahwa situasi baik-baik saja dan kejadian itu segera bisa diatasi.
Seorang juru bicara perusahaan bekerja dan digaji untuk menyampaikan poin-poin positif tentang produk perusahaannya. Ia akan menjalin relasi dengan jurnalis agar nama baik perusahaan bisa tetap terjaga di masyarakat.
Sudah tentu ia tidak berkeinginan ada berita jelek mengenai perusahaan tempatnya bekerja. Juru bicara perusahaan tentu ingin segalanya berjalan baik-baik saja.Â
Namun, jika ada masalah, dan bertemu dengan jurnalis, ia mesti siap menghadapinya. Bagaimana kiat menghadapai wartawan.Â