Rumah kami kecil. Terpaksa ada lantai atas untuk tempat tidur anak-anak dan menjemur pakaian.
Bagian ruang keluarga dan ruang tamu jika saya masih ada tenaga, saya bersihkan semampunya. Setidaknya jangan kelihatan berantakan amat.
Kalau dua kerjaan ini sudah kelar, pagi agak aman untuk aktivitas. Kami biasa berjalan kaki usai istri membuat sarapan selepas salat subuh.
Pagi-pagi juga ruang depan sudah mesti bersih dan tas anak-anak sekolah sudah dipersiapkan. Tadi persoalannya, karena ruangan terbatas, sepeda motor kalau malam masuk, demikian juga sepeda anak-anak.Â
Pagi-pagi, dua kendaraan itu mesti dikeluarkan supaya tidak sumpek.
Oh iya, kedekatan saya dengan anak-anak juga sudah sejak bayi. Cukup sekali lihat mertua memandikan cucunya, saya kemudian ambil alih.Â
Dua anak saya, sejak kecil saya yang memandikan. Beberapa tetangga yang dahulu pernah datang waktu anak kami masih kecil banyak yang heran.Â
Kok saya lentur sekali memandikan anak-anak. Saya jawab saja, masak memandikan anak sendiri tidak bisa, hahaha.
Soal pilihan tema Kompasiana tentang pengalaman program hamil, sejujurnya tidak begitu kami niatkan. Sebab, setelah menikah, kami normal saja. Tentu dong kepengen cepat punya anak.
Secara fisik kami berdua sehat. Alhamdulillah setelah lima belas tahun berkeluarga ini, kami dikaruniai dua putra.Â
Nuh Muzaffar Quthuz, putra sulung kami, sekarang kelas VIII SMP. Adiknya, Mirai Al Biruni, kelas III SD. Jarak memang lumayan jauh.