Sebuah televisi berjaringan nasional meminta biro di sebuah kota di Jawa Barat untuk meliput adanya gerakan bersih-bersih sampah sekelompok anak muda di got dan kali-kali yang ada.
Komunitas itu terpantau rajin bikin gerakan kebersihan. Setelah tanya sana dan sini diketahuilah, ada udang di balik batu gerakan bersih-bersih itu.
Bersih-bersih dilakukan bukan atas dasar kerelawanan belaka. Kalau niat baik mungkin sudah jelas ada.Â
Namun, motivasi terbesar komunitas bukan sekadar untuk lingkungan. Mereka rajin melakukan itu nawaitu utamanya adalah membuat konten. Astaga.
Akhirnya liputan televisi urung dilakukan. Buat apa meliput kegiatan sosial yang sudah jelas-jelas ada unsur "mengemis"-nya.Â
Mengemis dalam artian mengemis perhatian, mengemis minta ditonton, mengemis berlama-lama di saluran Youtube mereka, dan lainnya.
Kecuali mereka minta diliput untuk konten berbayar. Kalau itu, lain lagi ceritanya.
Semua yang ada di media sosial itu, entah konten tulisan, foto, dan video, mestinya disikapi dengan wajar saja oleh kita. Dulu juga ibu saya ngefans betul sama Baim Wong.Â
Selebriti itu terkenal betul suka menolong orang. Saya malah tahu belakangan, tidak semua itu riil dan natural.Â
Semua untuk kebutuhan konten di media sosial, Youtube, misalnya, sudah direkayasa. Dalam artian, memang dipersiapkan dengan matang.Â