Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Anda China, Ya?"

15 Januari 2023   17:51 Diperbarui: 20 Januari 2023   21:17 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donnie Yen. Sumber Instagram @donnieyenofficial

Tahun 2006 saya mengikuti sebuah pelatihan jurnalisme lingkungan di sebuah kabupaten di Lampung. Daerah kami ini punya satu situs warisan dunia berbasis lingkungan. Namanya Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Kebetulan adik saya usai lulus dari Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) di Pekanbaru, Riau, langsung ditempatkan di Balai Besar TNBBS.

Pelatihan ditaja sebuah organisasi profesi pers. Ada puluhan peserta yang ikut. 

Instrukturnya seorang jurnalis berpengalaman menulis soal lingkungan dari Jakarta. Ia memang beretnik Tionghoa.

Saat pembukaan acara, sejumlah pihak diundang oleh panitia. Termasuk beberapa pejabat yang menangani soal itu.

Ketika salah seorang pejabat tadi diminta menyampaikan sambutan, ia memperkenalkan diri. Kemudian karena melihat instruktur tadi wajahnya oriental banget, si bapak dengan mengejutkan melontarkan sebuah pertanyaan retoris.

"Bapak ini China ya? Kalau kelihatan dari wajahnya China ini."

Sontak ujaran itu bikin suasana tidak enak. Panitia juga tidak sangka yang keluar dari artikulasi si bapak itu malah soal ke-China-an instruktur atau mentor kami. Waduh gawat ini.

Seperti tahu suasana agak tak baik, instruktur kami tiba-tiba juga ambil pelantang dan langsung menjawab. Jawabannya ringkas, elegan, dan melegakan.

"Saya asli Indonesia, Pak."

Kami tertawa. Usut punya usut, omongan pejabat tadi memang suka demikian. 

Kata orang sih, kadang omongan suka keluar tanpa dipikir dulu imbasnya apa. Mirip orang buang angin, maaf ya, jadi tak sopan.

Mungkin setiap kita yang bukan orang keturunan Tionghoa, pasti ada tergelitik di hati ingin bilang, ih orang ini kayak China, begitu ketemu orang dengan tampilan demikian. Padahal ya belum tentu juga.

Di daerah kami di Lampung, khususnya di Bandar Lampung dan beberapa daerah lain, ada yang sangat mirip dengan Tionghoa tapi etnik Lampung. 

Saya punya kawan SMP yang sekarang bekerja sebagai ASN di kota ini, yang wajahnya oriental banget. Ia sampai lelah menjelaskan kalau dia suku Lampung bukan etnik Tionghoa.

Tapi semakin ke sini dia santai saja. Sampai orang memanggilnya koko pun ia iyakan saja ketimbang ribet urusan.

Namun, tidak setiap kita punya keberanian bertanya seperti si pejabat tadi. 

Sebetulnya bukan bertanya kalau kasus di atas tadi. Itu lebih pada ketidakmampuan komunikasi untuk menanyakan sesuatu yang mungkin bagi orang tertentu lumayan sensitif.

Kita barangkali juga tak siap untuk berbeda. Ini menjadi hal mengkhawatirkan begitu rezim Orde Baru yang begitu kuat mencengkeram usai sudah masanya.

Dari situ kemudian kita menjadi asing dengan yang namanya perbedaan. Padahal menjadi etnik tertentu bukan kemauan kita. 

Ada teman kita yang dilahirkan dari etnik Tionghoa ya tetap merasa bagian dari Indonesia. Ketika Timnas Indonesia tampil, dia juga paling kencang teriak kasih semangat.

Maka itu, kadang secara pribadi, saya juga tak melulu menunjukkan kekentalan atribut yang melekat di diri. Sebab, mungkin ada orang yang tidak dewasa dalam menyikapi perbedaan.

Balik ke pelatihan tadi, berjalan dengan lancar selama tiga hari termasuk dengan kunjungan langsung ke dalam hutan taman nasional. Instruktur kami yang keturunan Tionghoa tadi dengan baik menjadi mentor kami. 

Ia bahkan lebih hafal semua persoalan lingkungan Indonesia termasuk habitat dan satwa di dalamnya. Ternyata tak soal bukan, apa pun etnik kita, selama masih Merah Putih dan berkontribusi untuk sesama warganya. 

Oh iya, foto Donnie Yen ini sekadar ilustrasi saja. Sumbernya saya dapat dari Instagram @donniyenofficial. Tabik. [Adian Saputra]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun