Mungkin kalau mau bikin kopi, mesti menjerang air panas sendiri, menyeduh sendiri, dan membawa secangkir kopi panas ke meja yang dituju.
Kata lain yang juga menarik perhatian saya adalah "restoran". Arti sederhana restoran adalah rumah makan. Namun sekarang, banyak tempat makan yang cukup menyingkatnya menjadi "resto". Coba deh cek Kamus Daring Bahasa Indonesia, ketiklah "resto", hakulyakin tidak ada penjelasan.
Di kota saya di Bandar Lampung, rumah makan besar yang lumayan baru nyaris menyebut diri dengan "resto". Ada rumah makan besar di Bandar Lampung, namanya Begadang Resto.Â
Ini saya kira pakai frasa berbahasa Inggris. Jika ingin taat, mestinya Restoran Begadang karena pola kita adalah "diterangkan menerangkan (DM)".
Sempat pula ada Pavilion Cafe and Resto. Sekarang tempat makan ini sudah tidak ada. Namun, yang menarik, si empunya usaha juga pakai diksi "resto" dan "kafe" alih-alih pakai "restoran" dan "kafetaria".
Balik ke "kafe", diksi ini sudah ada di kamus kita. Saya menduga kata ini terentri ke dalam kamus karena sudah lazim digunakan. Jika ada pendapat lain, saya persilakan.
Oh iya, masih ada satu kata yang juga sekarang jarang dipakai. Yang baku itu sebetulnya "promosi". Kata ini artinya bisa naik pangkat (tingkat) dan perkenalan (dalam rangka memajukan usaha, dagang, dan sebagainya).
Namun, kini kita agak jarang mendapati diksi lengkap promosi. Cobalah perhatikan bahasa perdagangan dan pemasaran sekarang, hakulyakin kita akan temukan "promo" dengan "si"-nya lenyap. kasihan "si" lenyap tanpa makna sama sekali.
Bahasa dagang sekarang pakai "promo" semua. Paling editor media massa yang masih pakem dengan bahasa yang membenahinya dengan tetap istikamah "promosi".
Mengapa ya, kita suka benar memangkas kosakata? Uniknya juga, ini berkaitan dengan dunia perniagaan. Makin menggejala dengan adanya media sosial yang selalu menyebut "promo" alih-alih "promosi".