Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Angpau Lebaran, Ajari Anak Bersyukur dan Tidak Jadi Peminta-minta

11 Juni 2018   06:45 Diperbarui: 11 Juni 2018   07:42 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pengalaman dua tahun lalu perihal angpau lebaran membuat saya lumayan malu. Anak saya, Nuh, sekonyong-konyong meminta THR alias uang lebaran kepada salah seorang kerabat dekat. Saya yang mendengar dia meminta kemudian menasihati agar tidak begitu lagi. Lumayan keras waktu itu saya memberikan nasihat. Alhamdulillah dia menuruti. Saya menahan kesal dan marah waktu itu. Buat saya itu memalukan.

Di kompleks perumahan tempat saya tinggal juga ada fenomena menyebalkan perihal angpau lebaran ini. Apa itu? Anak-anak sekarang suka tak bersyukur dan mengucapkan terima kasih jika dikasih yang receh Rp2.000.

Mereka kadang menunjukkan raut muka kesal jika dikasih Rp2.000. Mereka berharap dapat uang minimal Rp5.000. Anak-anak sekarang jadi kurang bersyukur dengan pemberian orang. Syukur-syukur orang masih mau kasih.

Lebaran yang sudah sebentar lagi ini pasti juga menemui perihal THR alias angpau lebaran. Kita ingin anak-anak diajari untuk bijak dalam menerima atau tidak menerima angpau.

Anak-anak harus diberikan pengertian bahwa tidak semua orang yang mereka kunjungi atau saudara itu memberikan uang. Jadi, jangan berharap kelewat tinggi bahwa semua orang mau memberikan uang.

Anak-anak mesti diwanti-wanti supaya tidak latah meminta-minta uang kepada orang yang mereka datangi. Bahkan soal mendatangi rumah orang ini, kita juga mesti memberikan pengertian.

Jangan mengajari anak untuk malah aktif mencari THR. Anak-anak kemudian diminta tidak datang ke rumah-rumah orang yang tidak dikenal. Siapa pun pasti kesal kalau ada rombongan anak-anak entah dari mana datang. Mereka "meneror" dengan menunggu uang di tangan. Air mineral dan kue tak mereka sentuh. Sebab, yang ditunggu adalah angpau. Anak-anak wajib diedukasi agar tidak melakukan ini.

Mereka boleh berkeliling tapi kepada yang dikenal saja. Jangan malah anak-anak melanglangbuana seharian mencari angpau tapi tidak ikut bersilaturahmi bersama keluarga. Yang mesti diedukasi adalah silaturahminya. Bahwa Lebaran adalah saat meminta maaf kepada sanak famili dan menyambung silaturahmi. Bukan pada angpau lebarannya.

Selain itu, hal urgen yang mesti diajarkan kepada anak adalah jangan mengemis. Mereka mesti diajarkan untuk tidak mengucapkan kata-kata baik tersurat maupun tersirat meminta uang. Jangan biarkan anak kita mengucapkan itu. Pengalaman anak kami dua tahun lalu cukup jadi pelajaran. Hal memalukan demikian jangan diulangi.

Mengajarkan anak supaya tidak meminta-minta itu bagus. Mental anak mesti dibentuk anti-meminta-minta. Jangan jadikan mereka pengemis-pengemis baru meski hanya satu atau dua hari momentum Lebaran. Jauh-jauh hari hal ini mesti diberi tahu kepada mereka. Kalau perlu diberikan pemahaman yang sedikit keras. Jika sampai mereka meminta-minta, semua uang yang mereka dapatkan akan disedekahkan ke masjid.

Orangtua juga mesti mendukung hal ini. Jangan malah anaknya sadar, eh malah bapak-ibunya yang menyuruh-nyuruh aktif meminta angpau lebaran kepada kerabat.

Dalam seminggu ini, saya yakin pengguna WhatsApp banyak mendapat pesan berantai soal tulisan yang tidak boleh mengajari anak meminta-minta pada hari raya.

"Tuh sana ke tempat Pakde, nanti dikasih uang."

"Tante mana nih THR-nya, tante kan udah kerja, bagi dong THR-nya."

Dan jenis-jenis ucapan semacam itu yang merendahkan diri dan membiasakan anak-anak menjadi pengemis.

Poin terakhir yang tak kalah penting adalah ajari anak bersyukur dengan apa yang ia terima. Jika ada orang yang memberi, wajibkan mereka mengucapkan terima kasih. Atau sebaik-baik rasa syukur, ucapkan "Alhamdulillah jazakumullahu khoiro" .

Ini akan mendidik anak-anak untuk ridho dengan pemberian orang. Dikasih Rp2.000 alhamdulillah, dikasih Rp10 ribu alhamdulillah, tidak dikasih tidak apa-apa.

Ajari dan berikan pemahaman kepada anak bahwa tidak  semua orang akan memberikan uang. Jika ada yang tidak memberi, tidak boleh meminta. Jika diberi, ucapkan syukur dan terima kasih. Besar-kecilnya pemberian tidak masalah. Dikasih oke, tak dikasih oke.

Mudah-mudahan dengan dicamkannya sikap ini, anak-anak kita akan belajar tentang makna silaturahami dan makna syukur. Dan jangan lupa, andai dapat banyak uang THR mereka dari hasil dikasih saudara dan tetangga, mesti ditabung. Jangan malah diberikan petasan atau mainan yang kurang ada faedahnya. Semoga Lebaran kali ini kita lalui dengan penuh kesyukuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun