Gugatan wajah gembira orang-orang itu membuat diri kami senang sekali. Rasanya bahagia melihat mereka senang. Dan model pembagian yang kena sasaran seperti itu lumayan efektif. Galib kita dengar, banyak bantuan donatur yang tak sampai dengan yang membutuhkan. Dengan sinergi semacam ini, media massa juga ada peran urgen.
Kebetulan penulis diamanahkan menjadi ketua Journalist for Humanity atau JFH Lampung. Saya sering mendorong kawan-kawan jurnalis tidak sekadar memberitakan.
Kita mesti mendorong banyak pihak untuk ikut peduli dengan dunia filantropi. Ini penting karena jika semua dibebankan kepada negara, pasti sulit untuk merealisasikannya. Namun, jika kepedulian itu didorong kepada warga sipl, banyak yang yang bisa dikerjakan, salah satunya media onlie.
Jurnalisme kemanusiaan mendorong para junalisnya lebih empati kepada yang membutuhkan. Wartawan dengan banyak akses, bisa menghubungi narasumber untuk ikut berperan dalam dunia kemanusiaan. Akses yang seperti ini tidak masalah digunakan demi kebaikan. Inilah sisi keuntungan yang tak dimiliki mereka yang nonwartawan.
Memanfaatkan profesi untuk kebaikan adalah sisi yang menarik untuk dicoba. Bahwa dengan relasi yang luas itu, jurnalis mampu membuat banyak narasumber yang mampu memberikan donasinya kepada dunia kemanusiaan.
Terlebih saat menjelang Lebaran di mana ada saudara-saudara kita yang hendak berlari raya tapi papa. Hendak merayakan Lebaran tapi tak ada dana sama sekali. Jangankan merayakan Lebaran, untuk hidup sehari-hari saja mereka kesulitan.
Jika mendekati Lebaran ini kita mampu memberikan bantuan, atau setidaknya menjadi perantara donasi itu diberikan, itu adalah hal yang mulia. Itulah hadiah terbaik Lebaran yang pernah kita berikan kepada sesama. Dan bagi kami, itu juga hadiah Lebaran yang istimewa lantaran sudah maju selangkah bisa membantu orang lain.
Hadiah Lebaran tak melulu berupa barang. Esensinya ada pada kebahagiaan. Dan jika kita bisa membuat orang bahagia, itulah hadiah yang teramat mahal. Dari situlah pula Allah swt melihat dan meridhoi langkah itu. Sebab, dari Tuhanlah kebahagiaan itu bermula. Dan kami merasakan benar suasana keyakinan semacam itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H