Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jihad Kala Sahur

18 Mei 2018   16:48 Diperbarui: 18 Mei 2018   16:45 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin bagi sebagian orang, makan sahur itu berat sekali. Boleh jadi lebih berat ketimbang puasanya sendiri. Masih enak baca Alquran mungkin ketimbang bangun untuk bersahur. Mungkin lebih enak dan semangat tarawih ketimbang sahur.

Apalagi jika yang mesti sahur itu anak yang belum balig tapi sudah sunat. Umur sudah jelang 10 tahun dan memang kuat berpuasa. Setidaknya inilah yang saya alami dalam dua sampai tiga tahun belakangan. Ya benar. Membangunkan anak sahur memang luar biasa butuh perjuangan. Mirip membangunkan mereka untuk belajar salat subuh berjamaah di masjid.

Anak pertama kami, Nuh Muzaffar Quthuz namanya. Usianya mau 10 tahun. Tahun lalu sudah dikhitan. Sekarang kelas 3 sekolah dasar. Bacaan Alqurannya lumayan bagus. Tajwid oke. Cuma ya tetap saja, kalau sahur butuh perjuangan. Saya menyebutnya berjihad. Mudah-mudahan enggak lebay.

Barangkali semua orangtua punya pengalaman membangunkan anak untuk sahur. Kadang kayak enggak tega mau membangunkan. Tapi kalau enggak dilatih, nanti malah menyusahkan dia kala besar. Jadi, mau enggak mau, ya dipaksa-paksakan.

Tips membangunkan Nuh ya sederhana.

Pertama, tepuk pelan pipi dan bersuara lirih. Kalau beberapa menit belum bangun, masuk ke tips kedua. Apa tuh? Tepuk agak keras pipinya dan suara dinaikkan intonasinya. Biasanya ada efek. Paling enggak Nuh mulai melek sekali-dua meski tidur lagi. Semenit enggak ada respons, masuk ke tips ketiga.

Tips ketiga dikelitiki perutnya sampai mau bangun. Biasanya di tips ketiga ini sudah mau bangun. Kalau belum juga, masuk tips keempat alias yang terakhir. Langkah keempat ini butuh instrumen lain: air.

Penggunaan air ini jurus pamungkas. Dan biasanya sukses mesti tetap ditarik tangannya sampai nyawanya kumpul seluruhnya. Paling dia bilang, "Apa sih Abah ini. Basah tahu." Hahahaha. Biarlah. Yang penting sudah jihad bangunan anak untuk sahur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun