Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Duta GenRe Cemerlang demi Masa Depan Generasi Gemilang

25 Juli 2016   21:01 Diperbarui: 25 Juli 2016   21:06 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saban tahun BKKBN menaja sebuah event keren untuk memilih Duta Generasi Berencana (GenRe) pada tingkatan mahasiswa. Ini memang ikhtiar institusi negara untuk tetap menjadikan keluarga berencana sebagai program yang dijaga terus kelestariannya. Tentu bukan tak punya maksud.

Nawaitunya adalah agar masa depan generasi bangsa ini menjadi lebih baik. Praksisnya ialah Indonesia tumbuh dengan keseimbangan antara generasi kini dan masa depan. Proses pernikahan pun didorong agar mantap yang bersyaratkan kedua mempelai sudah memasuki usia perkawinan yang matang. Tak cukup itu, dari sisi kekuatan ekonomi, pengetahuan soal keluarga berencana, dan perencanaan masa depan pendidikan dan kesehatan juga diantisipasi sejak dini.

Karena sasaran tembaknya adalah generasi muda, tak salah jika untuk mensosialisasikan prinsip keluarga berencana kepada generasi muda, diberdayakanlah Duta GenRe. Kompetisi untuk menjadi Duta GenRe pun cukup ketat. Selain mempunyai kepribadian yang baik, mereka juga mesti memahami soal keluarga berencana, kesehatan reproduksi, tata cara pergaulan, dan pengetahuan dini soal keluarga.

Senarai tulisan yang akan saya dedahkan berikut adalah sumbang saran supaya keberadaan Duta GenRe ini makin optimal, makin cemerlang, demi generasi berencana masa depan yang gemilang.

Ikuti Perkembangan

Duta GenRe memang wajib mengikuti setiap perkembangan isu terbaru soal dunia keluarga berencana, dunia remaja, persoalan reproduksi, update soal isu HIV/AIDS, dan sebagainya. Ini menjadi penting karena boleh jadi setiap hari ada saja isu baru yang muncul. Setiap kabar, peristiwa, berita baru mesti diikuti dengan baik dan mencermatinya. Dari sanalah Duta GenRe mendapatkan pasokan informasi yang menjadi bahan pengetahuan untuk dicerna, ditelisik, dan diberi jalan keluarnya, sesuai dengan atribut  yang melekat sebagai Duta GenRe.

Misalnya, yang jamak menjadi pengetahuan netizen adalah setiap kali perayaan pergantian tahun, isu soal seks bebas pasti mengemuka. Berita di media massa juga acap mewartakan soal penemuan kondom dalam jumlah lumayan banyak di tempat-tempat pesta perayaan pergantian tahun.

Ini menjadi bahan kajian yang menarik untuk kemudian disikapi sebagai seorang Duta GenRe. Apalagi item yang juga menjadi konsentrasi entitas yang mengurus soal kesehatan reproduksi seksual remaja juga menginginkan agar hubungan seksual dilakukan usai menikah.

Isu semacam ini tentu mesti disikapi dengan baik. Bahwa ada persoalan pergaulan bebas yang mengarah kepada hubungan seks. Namun, apa yang hendak diantisipasi dari hal itu, jauh lebih penting. Maka itu, mengikuti setiap perkembangan adalah sebuah keniscayaan.

Duta GenRe juga mesti mengetahui bahwa remaja cowok sekarang banyak yang gemar menonton film porno. Situs-situs di internet menyajikan banyak tontonan yang menimbulkan kenikmatan dan melekat kuat dalam saraf-saraf remaja kita. Tak terkecuali mungkin remaja putri.

Padahal, dari banyak penelitian, keranjingan menonton film semacam itu bisa menimbulkan kecanduan dan memperbesar hasrat berhubungan seksual. Kalau sudah resmi suami-istri sih tak masalah bukan? Namun, kalau masih sekolah atau kuliah, dan bersepakat dengan pacar berhubungan seksual, tentu itu yang mesti dihindari.

Proaktif

Menjadi Duta GenRe yang baik tentu saja proaktif. Mereka sudah didapuk menjadi Duta GenRe. Dan itu artinya proaktif untuk melaksanakan tugasnya. Duta GenRe tentu bukan sebatas penyerahan selempang sebagai duta sebagai bentuk yang seremonial, melainkan lebih jauh daripada itu. Menjadi duta memberikan kesempatan kepada kita untuk unjuk aksi yang sesuai dengan tugas yang ditahbiskan kepada kita.

Maka itu, Duta GenRe wajib proaktif terhadap tugas yang sudah diembankan kepada dirinya. Proaktif tentu saja sifatnya aktif, tidak menunggu. Jika ada kesempatan untuk menjadi duta, di manapun saja berada, ia mesti tampil. Sampaikan apa saja yang menjadi konten utama kampanye soal generasi berencana.

Momentum baik itu kadang tidak datang dua kali. Setiap ada kesempatan untuk membicarakan soal kesehatan reproduksi, urgensi keluarga berencana, dan segala hal ihwalnya, mesti direspons dengan baik. Saya mencermati, kekurangan para duta-duta yang sudah ada, entah itu duta pariwisata, duta lingkungan, dan duta-duta lain adalah hanya menunggu acara formal yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

Padahal, menurut hemas penulis, menjadi duta, termasuk Duta GenRe, adalah tugas yang melekat dalam keseharian. Tugas itu tidak menuntut sebuah acara yang besar, formal, untuk ia tampil sebagai duta. Setiap kesempatan apa saja yang memungkinkan ia memberikan informasi, mesti dimaksimalkan.

Duta itu ibarat juru bicara. Humas mungkin dalam ragam pekerjaan sekarang. Satu hal yang mungkin abai adalah duta itu mesti aktif. Dia hadir bukan sekadar merespons sebuah kabar. Tapi, dia kudu memberikan informasi secara aktif. Apa saja yang penting untuk diketahui warga, ia mesti tampil. Demikianlah duta, juru bicara, atau humas.

Masuk ke Komunitas Remaja

Karena objek utama Duta GenRe adalah remaja, setiap komunitas remaja, apalagi yang punya basis massa besar, penting dan perlu untuk dimasuki. Ini bisa dilakukan jika syarat proaktif tadi terpenuhi. Komunitas yang ada sekarang cukup banyak dan semua punya kekhasan masing-masing. Bagi Duta GenRe, tak soal apa yang melatarbelakangi mereka berkumpul dan membentuk komunitas. Yang jelas, pasti ada kesamaan dan kecocokan. Misalnya, komunitas hijabers, komunitas cowok perut sixpack, komunitas pencinta sepeda fixie, komunitas musik cadas, dan sebagainya.

Masuki komunitas-komunitas semacam ini. Duta GenRe perlu membangun komunikasi yang intens dengan mereka. Jika ada acara kumpul-kumpul atau kongko-kongko, tak apa bergabung. Jika chemisrty mulai terjalin, mulai sedikit banyak meminta waktu untuk menjelaskan soal keluarga berencana, kesehatan reproduksi, dan sebagainya kepada mereka.

Akan lebih baik, jika setelah berkenalan cukup intens, meminta waktu khusus kepada mereka untuk menjelaskan soal isu keluarga berencana kepada mereka. Kalau yang menyampaikan usianya tak jauh berbeda, suasananya pasti lain. Memang itulah yang dituntut dari seorang duta. Ia mesti piawai membawa diri dan menjadikan dirinya rekan ngobrol yang asyik meski kali ini pembicarannya soal keluarga berencana dan hal ihwal yang  berkenaan dengan itu.

Ada banyak komunitas remaja yang bisa dijadikan ladang beramal saleh oleh para Duta GenRe. Dapat minimal satu bulan satu komunitas saja sudah lumayan banget. Dengan menganggap bahwa keseharian kita adalah Duta GenRe, pekerjaan semacam itu tidak bakal sulit dilakukan. Sebab, dilakukan dengan hati. Lain hal jika menganggap aktivitas itu tidak ada nilainya dan merasa bukan tanggung jawabnya sebagai Duta GenRe.

Sinergi Tokoh Agama

Lantaran perihal kesehatan reproduksi, keluarga berencana, dan perilaku seksual boleh dibilang “sensitif”, ada baiknya para Duta GenRe juga sowan kepada ulama di daerahnya. Bisa ke pengurus Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, AL Irsyad, Persis, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), tarekat-tarekat, juga entitas keagamaan non-Islam.

Ini penting sebagai penguat bahwa apa yang dilakukan Duta GenRe itu juga dalam konteks kebaikan. Barangkali karena kurang memahami apa yang diperjuangkan atau disosialisasikan Duta GenRe, banyak yang menganggap ini bentuk kampanye seks bebas, penggunaan kondom untuk pasangan yang belum menikah tapi sudah berhubungan seks, dan sebagainya.

Dengan beranjangsana kepada tokoh agama setempat, para Duta GenRe bisa menambah wawasan keagamaan yang  berkaitan dengan kampanye generasi berencana yang mereka lakukan. Insya Allah tidak ada pertentangan dengan agama, justru makin menguatkan. Akan ada sinergi.

Duta GenRe juga bisa meminta bantuan kepada para tokoh agama untuk diajak ikut serta jika ada acara demi memberikan penjelasan soal generasi berencana, kesehatan reproduksi, dan sebagainya. Dengan sinergitas ini, insya Allah kampanye Duta GenRe akan bisa diterima dengan baik.

Kreatif

Sebagai Duta GenRe, ada hal-hal baru yang mesti dilakukan ketika bertemu dengan audiens atau saat bercengkerama dengan objek yang akan diberikan advis. Jika sekadar penyampaian lisan, mungkin orang sudah teramat sering. Maka, kita membutuhkan instrumen lain agar penyampaian soal keluarga berencana ini menjadi enak dinikmati dan lancar ketika ruang dialog dibuka.

Buat saya pribadi, film “Sabtu Bersama Bapak” bisa dijadikan medium untuk bahan diskusi. Ya memang menunggu filmnya masuk kepingan CD sih, hehehe. Namun, yang ingin penulis sampaikan adalah, bentuk visual semacam itu menjadi penting. Apalagi filmnya masih gres banget. Lho, apa hubungannya film “Sabtu Bersama Bapak” dengan generasi berencana. Bergantung pada pemilihan topik atau dalam bahasa jurnalisme itu: angle.

Buat saya, Satya dan Cakra, anak pasangan Gunawan Garnida dan Itje, adalah bentuk dari sebuah keberhasilan keluarga kecil. Dengan dua anak, Gunawan dan Itje relatif bisa fokus dalam merencanakan masa depan mereka. Terlepas dari kaset-kaset yang direkam Gunawan sebelum ia meninggal, film ini tetap ada kaitan dengan keluarga kecil yang bahagia.

Apalagi, kesan bahwa setiap laki-laki perlu perencanaan matang sebelum menikah, kentara sekali. Dan itu, kita ambil sisi positifnya.

Menulis

Ada baiknya jika setiap Duta GenRe menuliskan pengalaman mereka selama di lapangan dalam bentuk tulisan. Atau ide-ide yang selama ini hanya disimpan ke otak, diejawantahkan dalam bentuk tulisan. Kenapa ini penting?

Ide itu, jika disuarakan dalam ruang seminar, diskusi, atau acara formal, daya jangkaunya terbatas hanya saat itu saja. Namun, jika dituliskan, kemudian dipublikasikan, yang membaca insya Allah lebih banyak.

Karena kini era internet, ada baiknya jika setiap Duta GenRe memiliki blog yang selalu diperbarui. Syukur-syukur mau ikutan menulis di Kompasiana. Dengan semakin sering menulis, ide bakal lebih runut untuk disampaikan kepada orang lain. Mungkin awalnya tidak biasa, tapi jika dilakukan secara kontinu, insya Allah semakin mahir. Kata orangtua kita, alah bisa karena biasa.

Semoga senarai ini ada manfaat. Tujuannya supaya kita mempunya Duta GenRe yang cemerlang demi masa depan generasi berencana yang gemilang. Wallahualam bissawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun