Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cerita Ngidam Berburu Kijang

11 November 2013   11:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:19 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngidam adalah hal yang lumrah buat ibu yang sedang hamil. Permintaan aneh-aneh sudah dipandang lazim oleh masyarakat. Tapi, yang merasakan benar "kerepotan" saat istri mengandung adalah suami. Kalau permintaan masih hal yang normal, semacam minta makanan atau buah-buahan, barangkali tidak menjadi soal. Yang makin merepotkan jika yang diminta si empunya ngidam lain dari biasanya dan sedikit menyerempet bahaya.
Ayah dari teman saya, Suci Gizela Pratiwi, barangkali tak menyangka, jika istrinya saat mengandung Suci, punya permintaan yang agak menantang. Apa itu? Berburu kijang. Alamak! Namun, apa kuasa, permintaan mesti dituruti demi istri tercinta dan anak yang masih dalam kandungan. Maka, persiapan berburu pun dilakukan. Hutan yang dipilih adalah kawasan hutan di Kabupaten Lampung Barat. Ini memang kabupaten konservasi. Hutannya masih terbilang luas dan satwanya beragam. Termasuk kijang dan rusa sambar. Kalau "beruntung", bisa bertemu satwa eksotis semacam gajah dan badak sumatera. Dan tentu saja si raja hutan: harimau sumatera.
Setelah persiapan cukup, berangkatlah suami istri itu ke hutan. Bermalam di sana menjadi pengalaman tersendiri. Meski berat, perjuangan berburu kijang dilakukan. Beruntung, tak lama berburu, satwa yang diincar didapat. Senangnya bukan kepalang. Peluh seharian pun terbayar. Kijang sudah didapat, ngidam pun tak lagi mampat. Sudah begitu saja. Tak terpikir untuk menyantap daging satwa yang konon enak itu. Yang jelas, keinginan si empunya hajat sudah terpenuhi. Barangkali si Suci yang masih jabang bayi itu juga girang karena ibunya rela berburu kijang untuk dirinya.
*
Saya mengenal Suci sudah cukup lama. Dia aktivis pers mahasiswa di Teknokra, Universitas Lampung. Ia jago mendesai, menggambar, dan membuat karikatur. Jiwa seninya tinggi. Yang jelas, ia juga lincah, bak kijang tentunya. Saat saya didapuk menjadi sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung tahun 2008, Suci melamar menjadi office manager di AJI. Kami menerimanya. Meski hanya beberapa bulan karena berhenti usai dilamar seorang bujang, silaturahim kami tak putus. Saat ia menikah, saya pun datang. Entah kebetulan, saat itu istri saya, Sekar, juga sedang mengandung dan mengidam. Untungnya ia tak minta berburu kijang, apalagi macan!
Suci kini ibu muda dengan seorang anak perempuan yang cantik. Ia lincah berusaha, berwirausaha tepatnya. Ia membuat bermacam kerajinan tangan yang ia pasarkan sendiri. Order banyak berdatangan. Rekeningnya pun terisi dengan girang. Ranah internet menjadi media promosi yang menolong meluaskan usahanya. Ia berupaya bisa bekerja dan menghasilkan uang tanpa perlu meninggalkan anak di rumah dengan sang eyang. Ia lincah, selincah kijang. Cocok dengan unsur kedua namanya, Gizela, yang bermakna kijang. Salam takzim saya buat si kijang dan ibu-ibu yang sedang mengidam. Wallahualam bissawab.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun