Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yopie Pangkey, "Pahlawan" buat Penderita Talasemia

10 November 2012   10:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:40 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_215613" align="aligncenter" width="300" caption="(Yopie Pangkey, foto:Adian Saputra)"][/caption]

Pagi ini saya mengantar istri mendonorkan darah untuk penderita talasemia bernama Tamara. Anak perempuan berusia lima tahun yang menderita kelainan darah sejak lahir. Ada dua pendonor lainnya yang berniat menyumbang darah. Dua-duanya laki-laki. Tapi yang disumbang bukan Tamara, melainkan Rai, anak berusia 14 tahun yang juga menderita talasemia. Ada satu sosok yang menarik perhatian saya. Seorang pria berusia 39 tahun yang ikut mengurus administrasi ketiga pendonor tadi, termasuk istri saya. Saat ketiganya sedang diambil darahnya, saya mengobrol hangat dengannya.

Namanya Yopie Pangkey. Ia bapak dengan empat orang anak. Rupanya sejak dua bulan ini dialah yang menginisiasi Darah 4 Lampung. Ini komunitas yang ia bentuk untuk mengumpulkan pendonor sukarela untuk khusus penderita talasemia. Sekarang sudah 260-an orang pendonor yang siap menyumbang darah kapan saja diperlukan. "Mereka on call, Mas. Jumlahnya pendonor setiap hari bertambah. Sebab, dari komunitas ini menyebarluaskan informasi ke rekan kerja mereka. Termasuk sanak famili. Jadinya setiap hari ada saja yang tercatat di komunitas Darah 4 Lampung," kata dia.

Jumlah penderita yang berhasil didata sampai saat ini 60-an orang. Talasemia, kata Yopie, tak bisa disembuhkan dengan obat. Ia mesti ditransfusi secara rutin setiap bulan. Ada yang butuh dua kantong, ada juga yang lima kantong sekali donor. "Biasanya yang fisiknya drop sekali butuh pasokan darah lebih banyak."

[caption id="attachment_215614" align="alignright" width="300" caption="(salah seorang pedonor, cr: Darah Untuk Lampung)"]

13525169071786699935
13525169071786699935
[/caption]

Yang sulit kalau ada yang butuh jenis AB. Sampai kini Yopie baru punya data belasan pendonor yang memiliki jenis darah AB. Selebihnya A, B, dan O. Ketertarikan Yopie terhadap filantropi atau kesukarelawanan ini muncul setahun terakhir. Ia memang pernah lama aktif di Palang Merah Kanada. Soal donor-mendonor ia sudah paham. Tapi soal khusus talasemia, baru ia mengerti betul sejak empat bulan terakhir. "Ya awalnya saat mendonor, tanya dengan dokter soal kebutuhan donor. Rupanya talasemia ini butuh banyak pasokan darah tapi belum ada komunitas yang membantu secara khusus," ujar Yopie.

Dari sanalah ide membentuk Darah Untuk Lampung muncul. Ia mengakui juga mendapat inspirasi dari komunitas Darah 4 Aceh yang lebih dulu terbentuk.

Meski penderita talasemia digratiskan pemerintah dalam pengobatan dan transfusi darah, ekonomi keluarga pasien juga ikut memengaruhi. Kata Yopie, ada beberapa orangtua yang untuk datang ke PMI cabang Bandar Lampung saja enggan karena tak punya uang. "Akhirnya saya paksa. Yang penting datang dulu. Kalaupun benar-benar tak ada pegangan, ya kami urunan atau dari kocek sendiri," ujarnya sambil tersenyum.

"Apa kerja utamanya sekarang, Mas," tanya saja. Yopie terkekeh kecil. "Saya pengangguran, Mas," jawabnya.

Saya tak percaya. Tapi tak soal Yopie mau menjawab jujur atau tidak. Buat saya, sosok Yopie istimewa karena mau bersusah-susah mencari pendonor untuk penderita talasemia. Ia juga acap menelepon banyak orang dalam satu hari untuk memastikan mereka bisa mendonorkan darah. "Saya memang nganggur, Mas Adian. Makanya bisa bantu-bantu penderita talasemia dengan mencarikan pendonor buat mereka," tambahnya sambil tertawa kecil. Saya kulik di blog pribadinya, Yopie Pangkey, cukup bagus tampilannya. Rupanya, "pahlawan" buat penderita talasemia di Lampung ini juga senang fotografi, travelling.

Yopie tak ada niat apa pun selain membantu dengan mendirikan komunitas ini. Ia tergerak lantaran talasemia ini penyakit yang "tidak populer" tapi mematikan. Orang lebih kenal kanker, penyakit jantung, dan sejenisnya ketimbang talasemia. Padahal, hidup orang talasemia sangat bergantung pada asupan darah lewat transfusi. Dan itu tidak dimengerti setiap orang. "Dari situ saya tergerak. Kok penyakit mematikan ini belum banyak komunitas yang bantu."

Terbentuknya Darah Untuk Lampung disambut hangat para orangtua yang anaknya menderita talasemia. Dede Supriyadi misalnya. Bapak dari Tamara (lima tahun) ini merasa dibantu sekali dengan Yopie dkk. Apalagi dengan konsep 10 untuk 1 (10 pendonor untuk 1 penderita) status kesehatan pendonor diutamakan. Tidak sembarang orang bisa menyumbangkan darahnya. Jadi, terpantau betul siapa saja yang mendonor. Hal itu berimbas pada stabilitas penderita usai menerima asupan darah yang segar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun