Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Canon Printer Pixma E400: Naskah Bisa, Foto pun Prima

20 Mei 2014   06:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:20 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_325076" align="aligncenter" width="576" caption="(foto: dokumentasi pribadi)"][/caption]

Perihal mesin pencetak alias printer acap diperlukan dalam kondisi genting. Alat urgen yang ekonomis tapi sering diabaikan dalam rumah tangga ini, dalam kondisi tertentu amat dibutuhkan. Semisal ibu kandung saya mengurus skripsi untuk gelar sarjana pendidikannya, kebutuhan printer ini nomor satu. Namun, lantaran berpikir sekadar digunakan untuk skripsi, niat membelinya pun urung dilakukan. Harga yang relatif mahal, di kisaran satu juta rupiah, kadang jadi alasan untuk menunda membelinya.

Untunglah korporasi seperti Canon tahu benar kebutuhan konsumen kelas ekonominya, hehehe. Maka itu, beberapa bulan lalu, korporasi ini merilis mesin pencetak yang harganya cukup terjangkau kocek masyarakat umum. Dengan duit kurang dari sembilan ratus ribu perak, kini kita sudah bisa memiliki mesin pencetak Canon. Serinya apalagi kalau bukan Pixma E400. Penamaan E400 barangkali dari printer ini mengklaim mampu mencetak 400 naskah dan foto berwarna sebanyak 300 lembar. Buat printer dengan harga ekonomis, tawaran untuk memiliki printer semacam ini memang menggiurkan.

Bayangkan saja, kalau kita mencetak sebanyak itu di rental, pasti duit yang keluar sudah lumayan. Akan tetapi, jika kita membeli dan menggunakannya sendiri, keekonomisannya pasti terasa. Apalagi kalau mau dibikin bisnis, dengan modal relatif kecil, kita bisa mendapat margin yang lumayan. Sejujurnya, saya agak gagap teknologi, apalagi jika disuruh men-setting sebuah perkakas elektronik yang baru. Maka itu, saat memperoleh printer Canon Pixma E400 ini, saya membawanya ke kantor. Kebetulan malam hari. Dan orang yang saya percayakan untuk men-setting dan mengoperasikan printer anyar ini adalah Rivai Sanjaya.

[caption id="attachment_325078" align="aligncenter" width="576" caption="foto: dokumentasi pribadi"]

14007522981903786090
14007522981903786090
[/caption]

Di kantor kami, Harian Umum Lampung Post, Rivai adalah tenaga teknologi informasi yang diandalkan. Maka, saat saya meminta tolong kepadanya untuk mencoba mesin pencetak ini, ia antusias. Begitu kotak besar saya taruh di ruangan, kami membukanya dengan hati-hati. Namanya juga barang baru, hehehe. Printer kami keluarkan. Cakram padat berisi perangkat lunak, kemudian kami masukkan ke komputer. Acara mengunduh software berjalan mulus. "Sekarang kita coba, Bang," ujar dia. Siap, kata saya. Untungnya, Rivai sudah menyiapkan naskah yang akan dicetak. Isinya ternyata informasi dari beragam sumber tentang printer jenis ini.

Kami ingin membandingkan, apakah benar testimoni banyak pengguna dengan pengalaman kami sendiri. Kebanyakan naskah tulisan saya kebetulan ada di noteboke yang tak sempat saya bawa. Sejak enam bulan terakhir, perkakas sabak elektronik yang acap saya gunakan untuk menulis, memposting, dan memotret.

Sayangnya, kalau malam hari, sabak elektronik ini kurang tajam warnanya. Ya maklum saja, tugas utamanya memang untuk menulis dan meramban internet, bukan memotret. Tapi tak apa. Kami jalan terus. Kami memudian memasukkan dua buah cartridge ke bagian bawah. Satu berisi tinta hitam, satu lagi berisi tinta berwarna. Urusan memasukkan ini tergolong mudah banget. Begitu bunyi "klik", kami yakin kedua benda urgen itu sudah berada di jalan yang benar.

[caption id="attachment_325080" align="aligncenter" width="576" caption="hasil cetak foto: dokumentasi pribadi"]

14007524471473541126
14007524471473541126
[/caption]

Klaim bahwa printer ini bisa mencetak 400 lembar begitu memengaruhi saya. Tapi, memasukkan langsung 400 lembar kertas di penyangga kertas untuk masuk ke mesin pencetak, tentu tak masuk akal. Pikir saya, sedikit-sedikit saja asal hasilnya paripurna. Kertas saya masukkan. Dua puluh lembar kertas HVS kami masukkan. Naskah pun kami susun sedemikian rupa. Seraya mengucap bismillah, kotak bertuliskan "print" pada layar monitor komputer, kami klik.

Satu per satu kertas masuk. Mulus sekali. Bunyi "klik" di malam hari yang sunyi semakin menegaskan bahwa printer ini memang layak diandalkan. Kami menunggu sampai kertas kedua puluh keluar sempurna dari peraduannya. Nyaris tanpa cacat. Sempat ada dua kertas yang masuk sekali cetak. Rupanya kelekatan kedua kertas yang menyebabkan itu. Namun, proses mencetak dari Pixma E400 ini tak terkendala. Ia tetap melaju dengan suara setengah menderu. Kami puas. Apalagi dalam naskah, tertera pula beberapa foto dan gambar berwarna. Dan itu tercetak juga dengan sempurna.Tak puas, saya menambah kertas lagi sampai tiga puluh lembar. Senarai isinya masih sama. Semua informasi soal printer ini yang terserak di internet. Selain naskah, ada beberapa yang terkonten gambar dan foto. Kami mencoba lagi. Tiga puluh lembar kertas saya taruh vertikal di dudukan kertas. Acara mem-print kami lanjutkan. Hari makin malam. Hanya ada saya, Rivai, dan seorang kawan asisten redaktur di ruangan IT kantor kami malam itu. Abdul Gofur namanya. Rambutnya panjang dan bulai (bule). Ia sejawat saya di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung.

1400518056280148230
1400518056280148230
Canon Pixma E400 bekerja lagi. Satu demi satu kertas tercetak sempurna. Jika di sesi awal yang dua puluh kertas ada kejadian dua lembar masuk sekaligus, di jilid II ini tak terjadi lagi. Tiga puluh kertas keluar dengan lancar. Saya mengamati setiap kertas hasil print out itu. Hitamnya sedang. Cukup terbaca dan memang sangat jelas. Tergambar dalam benak, mencetak naskah-naskah berkualitas sebagai dokumentasi pribadi. Bahannya ada di noteboke yang saya tinggal di rumah.

Rivai bertanya, "Gimana, Bang. Mau cetak naskah lagi." Saya diam sejenak. "Kita cetak foto saja, Vai," kata saya. Saya mengoprek sebentar komputer yang kami gunakan. Pikir-pikir, apalah foto yang mau saya cetak. Sebagai Liverpudlian, saya ingat nama sang kapten Liverpool, Steven Gerrard. Saya pilih dua buah fotonya yang menurut saya paling oke. Satu saat Gerrrard mengangkat trofi Liga Champions tahun 2005, satunya lagi saat ia berlaga di English Primier League. Saya menyusunnya ke dalam satu kertas. Atas-bawah. Begitu yakin itulah foto yang hendak saya cetak, kertas khusus foto yang glossy, saya letakkan di dudukan kertas Canon Printer ini.

Bismillah, kertas mulai meluncur. Ketimbang mencetak naskah, mem-print foto memang butuh durasi waktu yang berbeda. Namun, tak lama. Kurang dari setengah menit, lembaran glossy hadir dengan ciamik. Saya amati lagi hasil cetakan foto itu. Cukup tajam dan warnanya muncul kentara. Saya minta pendapat Rivai, bagaimana hasil olahan printer ini dalam mencetak foto. Ia manggut-manggut. "Bagus, Bang. Terang," ujar dia. Abdul Gofur yang sedang meramban pun saya mintakan pendapat. Ago, sapaan akrabnya, juga manggut-manggut. "Bagus kok, Bang. Tapi lebih bagus kalau fotonya Ricardo Montolivo," kata dia. Hahahaha. Ya, Ago memang bukan Liverpudlian. Ia Milanisti sejati, penggila klub AC Milan, Italia. Termasuk pengagum Kapten Milan, Ricardo Montolivo. Kami hendak mencetak foto dengan lebih banyak.

14005182141081973140
14005182141081973140

Sayang, kertas khusus mencetak foto yang glossy hanya ada belasan lembar. Jadinya, niat mencetak bintang sepak bola lebih banyak, kami urungkan. Besok-besok saja, pikir saya. Tegasnya, kami puas dengan kinerja mesin pencetak yang ukurannya mungil ini. Bentuknya yang elegan dan cukup ringan, membuat Pixma E400 ini gampang dipindah-pindahkan. Sangat mobile. Tak ada gading yang tak retak. Persoalan nilai minus kami malam itu, ternyata bukan hadir dari Canon Pixma E400 ini, melainkan dari gadget yang saya gunakan untuk memfoto aktivitas kami malam itu. Di antara kami, tak ada yang punya kamera Canon yang terkenal itu, hehehe. Semoga ini menjadi doa agar tulisan ini bisa menang dan mendapatkan kamera Canon yang saya idam-idamkan, aamiin. Fotografer yang biasanya masih bercokol di kantor, malam itu sudah pulang.

Lantaran sedari awal berniat memposting tulisan ini di Kompasiana via sabak elektronik, gadget ini pula yang saya gunakan untuk memfoto. Apalagi niat memposting ini memang mesti disegerakan supaya informasinya bisa lekas dibaca Kompasianer dan pembaca lainnya. Tegasnya, mesin pencetak keluaran Canon ini oke punya, elegan, ekonomis, terjangkau, dan punya kualitas prima. Untuk keluarga, disarankan memiliki printer jenis ini. Apalagi yang memiliki anak yang bersekolah di SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Tugas sekolah yang salah satunya mencetak naskah akan lebih ekonomis jika setiap famili memiliki mesin pencetak semacam ini. Dengan harga yang terjangkau, kita meminimalkan pengeluaran yang lebih besar untuk keperluan mencetak naskah dan foto.

Keuntungan lain, foto kegiatan keluarga dan jiran, bisa kita cetak dengan Pixma E400 ini. Dengan gadget yang dibekali kemampuan memotret, akan koheren dengan kepemilikan E400 ini. Saban kita butuh naskah atau foto yang tercetak, Pixma ini bisa diandalkan. Satu perkara lain yang juga diusung Pixma E400 ini ialah kemampuan memindainya yang bisa diandalkan. Printer cum scanner ini memang multifungsi. Selain urusan ngeprint, alat ini dibekali juga kemampuan memindai yang lumayan. Memang, semestinya, printer zaman sekarang mesti demikian. Ia mesti multitasking. Pembeli akan merasa beruntung, membeli satu unit printer dengan layanan yang bermacam-macam. Detail dan perincian soal keuntungan printer ini dalam memindai, akan diketengahkan dalam tulisan selanjutnya, insya Allah.

Sebagai jurnalis yang selalu skeptis terhadap fakta di lapangan, dalam ihwal printer ini pun demikian. Meski lancar dan rapi untuk urusan mencetak naskah dan foto, ada saran agar produk ini makin prima lagi. Sarannya cuma satu kok. Dibandingkan dengan penyusunan kertas secara vertikal, saya lebih sreg jika kertas yang akan masuk ke dalam printer ini posisinya tidur. Dengan begitu, jumlah kertas yang bisa diletakkan bisa lebih banyak. Dan peluang kertas masuk dobel saat di-print bisa diminimalkan.

Soal ruang untuk itu, saya pikir Canon bisa mengakalinya sehingga bentuknya tetap minimalis tapi fungsinya maksimalis. Apalagi ketika mencetak banyak, katakanlah sampai seratusan halaman, printer akan lebih mudah menarik kertas dan mengeluarkannya jika posisinya direbahkan atau horizontal. Ya, mungkin ini pikiran sederhana saya sebagai orang yang awam soal dunia printer. Namun, inovasi kan adalah sebuah kemestian. Perubahan itu adalah keniscayaan. Satu-satunya yang tidak berubah di muka bumi ini ialah perubahan itu sendiri. Pun dalam produksi sebuah alat elektronik semacam printer. Gunanya resensi sebuah produk, selain mengetengahkan keunggulan dari produk, sejatinya juga bisa menemukan peluang agar produk di masa depan performanya mengagumkan.

Niatnya tentu bukan untuk mencela atau menjatuhkan. Bukan sama sekali. Gunanya ialah agar ada perubahan sehingga performa produk yang akan dirilis berikutnya akan makin sempurna. Sebuah produk dibuat dan dilempar ke pasaran untuk dinikmati konsumen. Konsumen tentu akan puas jika performa produk yang dibelinya sesuai dengan ekspektasi. Andaipun sudah puas, produsen semestinya tetap berinovasi agar produk di kemudian hari kualitasnya makin bagus dan memuaskan pelanggan.

Inilah cara mengeratkan produk dengan konsumen. Kalau konsumen sudah fanatik, tentu ia akan selalu menggunakan merek itu. Kalau semua pelanggan Canon Printer Pixma merasakan kepuasan yang sama, yakinlah merek ini makin punya hati di setiap pelanggan. Dan saat mereka ditanya kerabat yang ingin memiliki mesin pencetak yang berkualitas dengan harga terjangkau, hakulyakin, yang akan direkomendasikan ialah keluaran Canon.

Usai mencetak naskah berpuluh-puluh halaman dan beberapa foto, kami berdiskusi. Sebagai orang awam di dunia elektronik dan gadget, saya meminta pendapat Rivai bagaimana agar sebuah perkakas elektronik bisa awet. Kami tukar pikiran malam itu sambil sesekali menyesap kopi dan mengudap. Dari obrolan ringan, kami berkesimpulan beberapa hal. Supaya perkakas Canon Printer Pixma E400 ini awet, ada hal yang kudu diperhatikan.

Pertama, tempatkan printer ini seaman mungkin. Buat kita yang di rumah memiliki anak kecil, tempatkan mesin ini sehingga tak bisa dijangkau anak-anak. Jika kita memiliki ruang kerja pribadi yang tertutup, tempatkan Canon Printer ini di sana. Jika meletakkan di sembarang tempat, peluang untuk dimainkan anak-anak cukup besar. Kemungkinan terkena air, diutak-atik, cukup besar. Makanya, tempatkan ia pada ruang yang nyaman dan aman.

Kedua, selubungi printer dengan kain halus atau plastik bersih. Sebagai printer yang software di dalamnya sangat sensitif, ada baiknya membungkus printer jika tak digunakan, apalagi dalam waktu yang lama.

Kita barangkali tidak tahu, ada lapisan genting yang bocor sehingga menjatuhkan air saat hujan. Setidaknya, jika itu terjadi, Pixma kita ini terlindungi. Partikel alat elektronik ada kalanya terganggu jika debu sudah menempel lekat. Memang tak sampai merusak, tetapi menjaga tentu lebih baik ketimbang menyervisnya bukan?

Ketiga, ganti cartridge secepatnya. Pixma ini memang diklaim bisa mencetak 400 halaman. Namun, menurut saya, itu hanya angka maksimal. Jika dikalkulasi naskah yang tercetak sudah mendekati angka 400, ada baiknya cartridge diganti yang anyar. Mesin akan bekerja lebih berat jika isi tinta di dalamnya sudah sedikit. Ketimbang menindas printer agar tetap bekerja dengan isi tinta yang akan habis, lebih baik menggantinya dengan yang baru. Jangan pelit untuk mengeluarkan uang. Toh, harga cartridge ini terjangkau kok. Yang tinta hitam saja, harganya sekira Rp90 ribu.

Simpulannya, Pixma E400 ini layak dijadikan referensi dan diandalkan untuk urusan mencetak naskah dan foto. Kemampuan memindai yang prima makin menegaskan printer ini memang perkakas elektronik yang pintar. Wallahualam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun