Sama seperti pengalaman mencetak sebelumnya, saya juga membagi kertas ke dalam empat sesi. Setiap sesi, saya bagi ke dalam 25 sampai 30 kertas sehingga hasilnya optimal. Kini, pekerjaan berikutnya adalah menyunting sendiri naskah milik pribadi ini. Dan karena ranahnya fiksi, durasi yang dibutuhkan cukup memakan waktu. Tidak seringkas mengedit naskah buku milik penulis lain atau sekadar artikel yang hendak naik siar di media cetak. Maka, hingga tulisan ini diposting di Kompasiana, proses penyuntingan masih berlangsung. Dan andai hasil revisi novel pribadi ini hendak dicetak lagi, Pixma E400 dengan cartridge hitamnya tetap siaga. Dan lantaran kisaran kekuatan mencetak sampai 400 halaman, barangkali inilah sesi terakhir cartridge itu bekerja. Usai ia mencetak hasil revisi novel ini, saya mesti mengisinya dengan yang baru. Harganya? Terjangkau sekali kok, kurang dari Rp90 ribu. Bayangkan, dengan duit sehemat itu, kita bisa mencetak naskah 400-an lembar.
Jadi, buat kita, para bloger, yang sedang meniti karier menulis, Canon Printer ini memang bikin kita tambah pinter. Pinter karena karya yang kita buat bisa dievaluasi semaksimal mungkin. Model membaca dan menyunting naskah tercetak, meminimalkan kesalahan dalam naskah. Koherensi antarparagraf juga bisa ditata lebih baik. Dan yang jelas, hasil tulisan dan editing yang kita lakukan insya Allah lebih baik. Canon Printer Pixma E400 ini, buat saya, semakin membuat pinter. Semoga demikian pula dengan Anda. Wallahualam bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H