Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Money

BI Bersinergi, Inflasi Terkendali

26 Juli 2014   04:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:12 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian pula ketika BI melakukan penurunan suku bunga yang membuat korporasi tergerak untuk menaikkan produksi mereka. Dengan begitu, akumulasi modal korporasi meningkat dan dipergunakan untuk mengkreasikan produk yang akan dilempar ke pasaran. Mutu produk juga akan terjaga ketika perusahan punya uang yang cukup untuk menggelorakan produksinya. Akan tetapi, di sisi lain, penurunan suku bunga tidak menarik buat masyarakat yang ingin mendepositokan tabungannya di bank.

Dengan kondisi yang selalu punya implikasi positif dan negatif inilah, BI mesti bersinergi dengan yang lain. Saat akan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bungs, BI patut menerima masukan Badan Penanaman Modal, apakah tren investasi dalam tahun mendatang akan bagus atau tidak. Dengan informasi yang akurat, BI bisa menelurkan kebijakan suku bunga yang tepat.

Dalam konteks bulan puasa, di mana inflasi ingin dikendalikan pada nilai yang tepat, BI juga mesti membuka informasi dari Badan Pusat Statistik. Kecenderungan yang seperti apa yang bakal terjadi selama bulan puasa. Pada produk apakah harga akan meljit luar biasa, dan pada item apa harga masih cenderung normal. Pengetahuan terhadap hal ini akan membantu BI untuk mengendalikan likuiditas perekonomian.

Galibnya, jumlah uang yang beredar selama puasa, melebihi bulan biasanya. Sebaran uang yang kelewat banyak di pasar akan menurunkan nilai uang itu sendiri. Maka itu, BI perlu mengendalikan jumlah uang yang beredar. Setiap bank pasti melebihkan cadangan uangnya untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai. Praksisnya, bisa untuk membeli kebutuhan lebaran, memberikan "THR" kepada sanak saudara, dan sebagainya. Satu bank saja untuk mengantisipasi kebutuhan uang tunai masyarakat, bisa mencapai lebih dari Rp1 triliun. Laporan Kompas beberapa waktu lalu menjelaskan betapa hampir semua bank menambah jumlah uang di ATM sehingga mudah diakses masyarakat.

Sudah tentu, kebutuhan uang tunai oleh masyarakat akan memengaruhi nilai uang itu sendiri. Di titik inilah, BI perlu juga merespons masukan lembaga keuangan lainnya untuk secara tepat menyikapinya. Sinergi BI dengan lembaga lain akan menguntungkan. Masyarakat sebagai pelaku utama ekonomi akan mudah dalam melakukan aktivitas ekonominya lantaran ada informasi akurat yang disampaikan BI dan lembaga lainnya.

THR Dipercepat
Satu item yang barangkali membantu ialah BI bisa merekomendasikan agar tunjangan hari raya atau THR tidak diberikan saat Ramadan. Memberikan THR secara serempak di bulan Ramadan memang membuat kecenderungan kenaikan harga barang secara umum terjadi signifikan. Dengan pemberian THR yang serempak, membuat semua harga terkerek. Memang ada argumentasi bahwa THR diberikan untuk memperoleh barang dan jasa yang nilainya sudah naik. Namun, jika ada pilihan lain, tentunya lebih baik dan bisa dicoba.


Dengan memberikan THR tidak pada bulan Ramadan, kenaikan harga barang tidak akan sedahsyat selama puasa. Dengan THR yang dipercepat, masyarakat bisa membeli kebutuhan Lebaran jauh-jauh hari. Setidaknya untuk golongan kelas buruh yang jumlahnya signifikan, pemberian THR sebelum bulan puasa akan lebih bermanfaat. Secara psikologis, ketika Lebaran sebentar lagi datang, konsumsi masyarakat tidak sebesar Ramadan-Ramadan sebelumnya. Dengan demikian, jika ide ini berhasil, sedikit banyak BI sukses dalam mengendalikan inflasi dan peredaran uang. Likuiditas perekonomian juga bisa dikendalikan.

Saban tahun pemerintah mempunyai sasaran inflasi. Ini memerlukan perencanaan yang perhitungan matematika yang akurat. Kalaupun meleset lantaran variabel ekonomi tak melulu berkelindan dengan angka, kisaran realisasi tak bakal jauh dari target. Dan karena setiap tahun ada bulan puasa yang sudah pasti ada inflasi, pemerintah perlu menentukan sasaran inflasi yang paling pas. Berapa angka yang dipatok sehingga memungkinkan untuk tercapai.

Setelah sasaran ditentukan, BI secara independen akan berusaha mewujudkannya. Sebab, tugas untuk mencapai kestabilan rupiah ada di pundak BI. Dari sinilah nantinya BI berupaya dengan kebijakan moneternya untuk mengendalikan inflasi sehingga mencapai target.

Karena ihwal inflasi tak melulu berkenaan dengan tugas BI an sich, institusi ini mesti melakukan sinergi dengan lembaga lain. Seperti diungkap di atas, sinergi ini menjadi penting karena ihwal inflasi tak melulu berkenaan dengan tugas pokok BI. Seperti dikatakan Nairobi tadi, BI boleh jadi sudah berada pada jalur yang benar dengan kebijakan moneternya, kebijakan sistem pembayaran, dan kebijakan sistem keuangan. Namun, pihak-pihak yang berkelindan dengan tugas pokok BI itu mesti juga memahami bahwa mereka punya saham atas kesuksesan menjaga stabilitas mata uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun