pemerintahan Palestina yang ada di Ramallah, yang saat ini dikuasai oleh faksi Fatah. telah kehilangan kedaulatanya. karena selama ini, berbagai bantuan luar negri; baik dari Amerika, Uni Eropa dan negara-negara Arab dikucurkan ke pemerintahan Palestina yang ada di Ramallah.
lihatlah misalnya dari tahun 1994-2000, atau setelah perjanjian Oslo. nominal bantuan yang diterima oleh pemerintahan Palestina di Ramallah adalah sebesar 3 miliar dan 495 juta dolar, atau sekitar 499 juta dolar pertahun.
sementara devisa negara, pada tahun 1995 hanya 226 juta dolar, 300 juta tahun 1996 dan 327 juta pada tahun 1997. Yang artinya nominal devisa lebih kecil dibanding nominal bantuan yang didapat.
dan dari tahun 2000-2013 nominal bantuan yang didapat adalah sebanyak 13 miliar dan 931 juta dolar. sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Nashr Abdul Karim. bahwa bantuan yang diberikan oleh Amerika dan Uni Eropa dari tahun 1994-2003 nominalnya adalah 4 miliar dan 283 juta dolar.
sementara total nominal bantuan dari negara-negara Arab hanya 1 miliar dan 203 juta dolar. disamping itu negara-negara lainya juga ikut berperan, misalnya Jepang menyerahkan bantuan 482 juta dolar. dan organisasi-organisasi internasional menyerahkan bantuan dengan nominal 435 juta dolar.
dan dari tahun 2007 hingga 2013 Uni Eropa menyerahkan bantuan sebenar 2 miliar dan 702 juta dolar, sementara Amerika menyerahkan bantuan sebesar 1 miliar dan 204 juta dolar.
dari data-data di atas kita bisa melihat bahwa Uni Eropa dan Amerika adalah negara-negara yang mendominasi dari segi nominal bantuan yang diserahkan kepada pemerintahan Palestina. maka tidak heran jika Mahmud Abbas lebih mendengar Amerika dan Uni Eropa, dibanding negara-negara Arab dan Islam.
dan sebagaimana pepatah; tidak ada makan siang gratis.
maka bantuan besar tersebut tidak murni bantuan, tapi ada udang dibalik batu yang ingin diwujudkan Uni Eropa dan Amerika. dan jika dilihat ternyata negara-negara tersebut adalah partner Israel. artinya udang dibalik batu yang ingin diwujudkan selalu terkait kepentingan Israel. atau dengan kata lain kepentingan Israel adalah juga merupakan kepentingan strategis Uni Eropa dan Amerika.
diantara kepentingan Israel di Timur-Tengah adalah terjaganya entitas Israel di tanah Palestina bahkan bukan hanya terjaga tapi mesti juga diakui baik oleh pemerintahan Palestina maupun oleh negara-negara Arab disekitarnya.
dan agenda tersebut berhasil diwujudkan-atas bantuan Uni Eropa dan Amerika- yaitu dengan ditandatanganinya perjanjian Oslo, perjanjian Camp David dengan Mesir dan perjanjian Wadi Arabah dengan Yordania.
hal itu merupakan kepentingan abadi Israel yang juga menjadi kepentingan strategis negara-negara sekutunya. lihatlah buktinya, yaitu pada tahun 2011 dan 2012 nominal bantuan yang diberikan oleh Amerika turun drastis, hingga mencapai 51,7 juta dolar. bahkan sampai tidak ada bantuan sama sekali, atau dengan nominal 0 dolar. dan itu terjadi karena entitas dan eksistensi Israel terancam.
khususnya ketika perjanjian damai mengalami masa kritis. akan tetapi pada tahun 2013 bantuan itu tiba-tiba melonjak menjadi 349 juta dolar. dan ternyata itu terjadi ketika perjanjian damai mulai normal kembali, atau dengan kata lain ketika eksistensi dan entitas Israel tidak lagi terancam.
bukti lainya adalah ternyata bantuan tersebut tidak diberikan demi pengembangan ekonomi dan pembangunan infrasturktur Palestina, akan tetapi bantuan tersebut diberikan untuk membiayai proyek yang disebut proyek ‘pemberantasan terorisme’.
proyek ‘pemberantasan teroris’ adalah salah satu dari isi perjanjian Oslo, antara pemerintahan Palestina dan Israel. yang makna sebenarnya dari ‘pemberantasan terorisme’ adalah pemberantasan faksi-faksi yang menolak perjanjian Oslo. yaitu faksi yang menolak berdamai dengan Israel. yang menolak mengakui Israel sebagai sebuah entitas negara.
dalam sejarahnya yang menolak perjanjian Oslo kala itu ada sekitar 10 faksi di Palestina, dengan berbagai latar belakangnya; nasionalis, sosialis dan islamis. di antaranya adalah Hamas.
dan ‘pemberantasan terorisme’ itu dilakukan oleh pemerintahan Palestina. atas bantuan dan dukungan Israel dan negara-negara sekutunya. dan akibat dari hal itu, terjadilah konflik antara faksi-faksi itu dengan pemerintahan Palestina; khususnya antara Hamas dengan pemerintahan Palestina di Ramallah yang dipegang oleh faksi Fatah.
kategori yang ditangkap kala itu ada dua; pertama adalah lawan politik Fatah dan kedua adalah rekomendasi-rekomendasi dari Israel. dan seiring waktu konflik itu semakin meruncing dan menemui jalan buntu. hingga akhirnya tidak ada jalan lain kecuali terpisah menjadi dua kubu; kubu Gaza dan Kubu tepi Barat.
dan dua pemerintahan; tepi barat yang dipegang oleh Fatah, yang seharusnya sudah habis masanya, karena kalah oleh Hamas di pemilu 2006 dan kubu Hamas dengan faksi-faksi lainya, yang menang pemilu di tahun 2006 di Gaza.
dan kita tahu arti dari pemerintahan dan negara yang berdaulat adalah negara yang bebas dan tidak didikte keputusan-keputusan strategisnya oleh negara-negara lain. namun pemerintahan Tepi Barat terikat dan dicengkram oleh kepentingan Israel dan negara-negara sekutunya. yang artinya tidak berdaulat, karena pemerintahan tepi barat adalah pemerintahan boneka.
dan lagu yang selalu didendangkan oleh Pemerintahan Palestina di Ramalah dan Israel serta sekutunya adalah lagunya Iwan Fals” kemesraan ini jangalah cepat berlalu”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H