Saat ini pembangkit listrik tenaga surya mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai negara berlomba-lomba mengembangkan PLTS dinegaranya. PLTS bukan lagi sekedar kebutuhan untuk memenuhi konsumsi energi listrik. Lebih dari itu kini PLTS sudah menjadi budaya baru dalam perkembangan teknologi saat ini.
Negara-negara besar seperti Republik Rakyat Tiongkok menjadi negara terbesar yang memproduksi modul surya ini. Tentu saja dengan lebih dari 70% total produksi panel surya dihasilkan oleh negara tirai bambu ini. Tiongkok saat ini telah menguasai pasar solar panel dunia. Tidak hanya itu dalam hal pemanfaatan Tiongkok tidak ketinggalan.
Sementara itu, negara-negara lain ikut meramaikan perkembangan PLTS dunia. Perkembangan ini didukung dengan adanya komitmen beberapa negara besar dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK ) yang semakin mengkhawatirkan.
Di Indonesia sendiri perkembangan PLTS berbanding terbalik dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Saat negara Vietnam dan Malaysia memperbesar kuantitas instalasi PLTS nya, Indonesia malah mengalami berbagai hambatan. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia terus berupaya memperluas sebaran PLTS di Indonesia. Di Indonesia sendiri potensi energi surya sangat melimpah dengan potensi sekitar 200 GW. Hingga sekarang kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya hanya sekitar 180 MW per 2021.
Dari beberapa jenis PLTS yang ada, umumnya banyak orang mengenal jenis PLTS On-grid dan Off-grid. Masing-masing jenis ini memiliki keunggulan dan kekurangannya tersendiri. Dari kedua jenis ini juga terbagi lagi atas beberapa sub-bagian. Lalu jenis apa yang paling baik digunakan?
PLTS On-grid merupakan jenis pembangkit listrik tenaga surya yang terhubung pada jaringan PLN. PLTS On-grid terbagi lagi pada sub-bagian terpusat dan terdistribusi. PLTS On-grid terpusat terhubung ke jaringan transmisi tegangan menegah atau tinggi. Sistem ini bekerja dari arus DC ke AC dan akan masuk ke sistem atau jaringan listrik dari PLN. PLTS On-grid terdistribusi terdiri dari banyak sistem yang memiliki banyak ukuran kapasitas. Jenis ini menghasilkan tenaga listrik diberbagai lokasi yang berbeda.
Pada pembangkit On-grid ini biasanya terhubung pada tegangan menengah yaitu 20 KV. Sistem ini harus sinkon dengan jaringan untuk menjaga kestabilan frekuensi dari jaringan. Ada banyak sistem bypass untuk menjaga sistem agar tidak mati saat dilakukan perawatan. Dalam setiap sistem ini juga diatur oleh sebuah pengatur beban yang disebut dengan Pusat Pengatur beban untuk mengontrol jaringan. Kapasitas terpasang dari sistem On-grid harus sesuai dengan daya yang terhubung dari PLN.
Dalam sistem On-grid ini, sistem PLTS akan menutupi pemakaian daya listrik yang digunakan oleh beban-beban saat digunakan disiang hari. Saat daya maksimum yang dihasilkan apabila melebihi dari daya beban yang dibutuhkan, sistem akan mengirim energi berlebih ke jaringan PLN. Energi berlebih tersebut akan tersimpan dalam bentuk deposito energi listrik ke jaringan PLN. Sistem deposito ini disebut proses ekspor-impor energi listrik sehingga saat terjadi kelebihan produksi dari PLTS akan diekspor ke jaringan.
Sistem On-grid ini cukup praktis dalam hal biaya karena biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan PLTS Off-grid. Semakin besar nergi listrik maksimum yang dihasilkan saat siang hari maka penghematan tagihan listrik akan semakin besar pula. Komponen utama dalam sistem ini adalah modul PLTS dan juga inverter. Sistem ini bisa mengimbangi daya pemakaian sehingga lebih menghemat biaya tagihan listrik. Namun, apabila terjadi pemadaman listrik oleh PLN sistem ini juga akan padam juga.
Sedangkan PLTS off-grid merupakan jenis plts yang tidak terhubung langsung kejaringan pln. Jenis ini berdiri sendiri atau stand alone karena menghasilkan energi listrik dan langsung digunakan pada beban-beban terpasang. Sistem plts off-grid dikombinasikan dengan baterai sebagai energy storage yang kemudian akan digunakan saat matahari tidak bersinar atau saat malam hari. Berbeda dengan sistem On-grid yang dapat melakukan proses ekspor-impor energi listrik, dalam sistem Off-grid tidak ada proses tersebut.
Keunggulan sistem Off-grid dibandingkan dengan sistem On-grid adalah tidak terpengaruh pada jaringan dari PLN. Sistem ini dapat menyediakan energi listrik dan memenuhi beban saat siang hari. Sedangkan saat malam hari panel surya tidak memproduksi energi listrik, maka sepenuhnya energi disuplai dari baterai. Komponen utama dari sistem Off-grid yaitu Modul PLTS, inverter, Solar Charge Controller dan baterai.
Namun penggunaan sistem ini memakan biaya yang cukup besar. Baterai yang digunakan harus memiliki kapasitas sesuai dengan beban terpasang. Saat ini harga baterai masih cukup mahal sehingga menjadi kendala pada sistem ini. Selain itu sistem ini terbilang lebih kompleks karena terdapat peralatan berbahasa seperti baterai yang tentu memiliki arus besar.
Sistem PLTS Off-grid memiliki perhitungan yang sangat rumit karena detail setiap beban harus dipertimbangkan. Peralatan-peralatan berdaya besar seperti pompa, kulkas dan AC menjadi peralatan yang dapat memperbesar biaya dan kapasitas yang diperlukan untuk baterai.
Dari kedua sistem diatas dapat dilihat masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan. Dari sistem On-grid biaya investasi lebih murah dibandingkan dengan PLTS Off-grid. Selain itu, sistem On-grid dapat menghemat tagihan listrik setiap bulannya. Namun, saat terjadi pemadaman listrik dari jaringan utama, maka jaringan dirumah akan ikut mati. Sebaliknya PLTS Off-grid tidak terpengaruh oleh sistem jaringan PLN. Namun, biaya investasi lebih mahal karena terdapat komponen-komponen yang lebih kompleks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H