Seorang anak yang merantau ke Malaysia karena banyak beban pikiran yang membuatnya ia merantau, awalnya kerena ingin membeli sebuah motor, dan banyak cerita yang ia dengar dari salah satu omnya bahwa di sini Uang gampan di cari, asalkan kita ingin bekerja.
 "gaji di sini besar tergantung dari cara ia bekerja  dan disini setiap bulan gajian dan banyak juga pekerjaan yang gampan gajinya juga agak lumayan, dari pada kamu tinggal di kampung yang penghasilannya  hanya enam bulan sekalih lebi baik kamu kesini saja" kata omnya dalam sebuah telepon.
Tampa pikir panjang anak itu terpengaruh dengan propaganda omnya dan ia bingun mau naik apa ia kesana, dan lama kelamaan anak itu menerima telipon lagi dari omnya kata omnya "ada mobil yang kaesini dan temanmu juga mau kesini kalau bisa sekalian sama mako kesini"
anak itu mengiakannya, dan anak itu pun meminta Ijin dengan salah satu kakek yang mengasuhnya, awalnya kakek si anak tersebut tidak membiarkannya pergi karena kakeknya ingin, anak itu menyelesaikan pendidikan SMAnya, tetapi anak itu terus bernegosiasi dengan kakeknya dan akhirnya kakeknya psrah saja dan kakeknya hanya berkat "terserah kamu saja nak, cari lah kehidupanmu dan jangan nakal di sana harapan kakek kelak kamu pulang untuk menyelesaikan Pendidikan SMA mu"Â
Satu minggu anak itu selesai minta Ijin ia pun berangkat tampah sebua paspor atau biasa di katakan berangkat gelap, keberangkatan anak tersebut banyak orang dari sekitarnya menangis dan ia pun ikut menangis, inta itu adalah tangisan perpisahan untuk sementara atau perpisahan selama-lamanya karena tiadak ada yang tahu ajal itu kapan datangnya.
di tengah-tenga perjalanan banyak pengalam yang ia dapatkan dan banyak tempat yang ia singgai utamanya tempat kedai-kedai/warung. Dan anak itu dan tiga kawannya untuk masuk ke perbatasan Malaysia ia harus jalan sekitar 3km, di tamba lagi dengan jalannya yang sangat menantang karena ia harus memanjak gunung dan turung gunu sekitar tiga kali baru melewati batas.
Image Oleh Adi Al Ali
Jalan yang di lewati anak itu biasanya di kenal dengan istilah jalan tikus: jalan tikus berfungsi untuk meloskan orang yang tidak punya paspor atau Ilegal masuk ke Malaysia.
Ditenga perjalanan anak itu keluar dari jalan tikus tersebut dan tiga orang kawannya, satu orang pengantarnya langsung di arahkan ke salah satu warung, tak lama kemudian, datang sebuah mobil ben-ben atau biasa di sebut angkot dan mobil itu mengantar keempat anak tersebut ke salah satu terminal Bass/bus.Â
Sampai di terminal tersebut anak itu duduk di dekat pengambilan tiket Bass tak lama kemudian ia dan temannya di arahkan masuk ke ruangan kecil yang lebar dan panjangnya sekitaran 3x3 persegi, di dalam ruangan itu bukan cuman ia dan temannya tetapi ada banyak orang, jumlahnya di dalam ruangan tersebut ada berkisaran kurang lebih 10 orang, dan orang yang di dalam sumuanya dari indonesia yang masuk ke Malaysia yang tidak menggunakan paspor .Â
 Kenapa ia harus jalan apakah tidak ada kendaraan yang bisa masuk? Sebenarnya banyak kenderaan yang masuk tetapi permasalahannya karena ia ilegal atau tidak memiliki paspor. Karena setiap orang luar yang masuk wajib memiliki paspor dan paspor itu lah yang harus di periksa. Perjalanan dari kampung  anak itu menuju Malaysia (sarawak) memerlukan waktu enam hari. Dalam perjalanan enam hari itu rasanya ruang gerak-gerik sangat sempit dan seakan-akan waktunya lebih banyak duduk dan tidur.
"Mendengar ada polisi yang sedang memeriksa keamanan dan surat-surat" semua yang di dalam di arahkan untuk tenam dan sandal yang ada di luar, di arahkan untuk di masukkan ke ruangan, sambil orang yang ada di dalam ruangan itu semuanya merasah takut seakan-akan ada yang gemetar. tak lama kemudian situasi mulai bagus "polisanya sudah pergi"kata orang yang duduk di meja pengambilan tiket bas.
anak itu dan kawan-kawannya di arahkan naik ke Bass, sekitar pukul 21:00 Bassnya pun berangkat menuju Bintulu dari terminal Bass kucing dan sekitar pukul 06:07 pagi sampai di terminal Medan Jaya Bintulu, dan pada saat itu, anak itu dan tiga orang kawannya gelisah karena dia tidak tau mau kemana karena pengurus atau biasa di sebut dengan ejeng itu berbeda BASS sedangakan Hp yang di pegang oleh kawannya dan hp s ianak itu pun lobet, terpaksa anak itu menunggu saja dan teliti melihat kiri kanan dan depan belakang sampai Ejengnya datang.
siktaran jam 7 Ejengnya pun datang dan langsung melihat keempat anak itu yang sedang duduk di tempat duduk dekat bass yang datang, ejengnya pun langsung menghampirinya dan segera bergegas membelih minuman lalu memasan Taksi untuk masuk ke salah satu ladang yang akan kami tempati bekerja.
Sikat pukul 10 siang sampai di gerban ladang atau tempat masuk ladang, dan tak lama kemudian datang tiga motor menjemputnya, tiga motor itu biasanya hanya membawa tiga orang, tetapi kami ada lima terpakas dua motor bonceng dua-dua orang dan satunya lagi bonceng satu orang di tambah dia lebih banyak membawah barang. dan sekitar jam 11 ank itu sampai dasalah satu perumahan/kongsi tepatnya rumah puti, purumahan itu tidak jahu dari jalan besar.
Nama ladangn yang di tempati bekerja di sana adalah Uasaha Sepang Estate kalau tidak salah Usaha sepadang estate anak perusahan (Woodman Kuala Baram Estate Sdn Bhd. di dalam ladang Usaha sepadang ini terdapat satu kilang yang memproduksi minyak kelapa sawit.
Hayalan dari anak tersebut tentang tempat kerjanya tidak sesuai, karena dia menghayalkan tempat kerjanya itu bagus dan dekat dengan kota-kota besara tapi, sesuai dengan kenyataan tidak seperti yang ia hayalkan tetapi malah kebalikannya pekerjaan itu ternyata seperti dalam hutan atau kha memang hutang sih, karena kami di kelilingi sawit yang sangat luas.
Semasa anak itu di sana anak itu hanya bekerja dan terus bekerja, pertama anak itu datang di sana dia hanya membantu om nya mengeluarkan buah yang sudah di sabit/egret sambil menunggu namanya terdaftar di kantor (office). sekitar tiga hari anak itu di sana dia mulai bekerja dan namanya pun sudah terdaftar dalam kantor, dan anak itu untuk pekerjaan pertamanya namanya bekerja harian yang kerjanya hanya menebas rumput dan menyemprot rumput. kalau unuk jam kerjanya awalnya turun jam 7 pulang jam 11 dan sistem pengupahannya di hitung hari, kalau nggak salah perharinya itu RM25 atau kalau bentuk RP75.000, dan gaji pertama anak tersebut pada saat itu hanya berkisaran RM500 dalam bentuk RP1.500.000 itu belum cukup satu bulan bekerja dan biasaya gaji paling maksimal untuk pekerja harian hanya RM600-700 atau setara dengan RP1.800.000-2.000.000.
setiap harinya anak itu bekerja terus seperti biasanya dan ketika pulang dari pekerjaannya ia pergi ke Blok omnya untuk membantu pekerjaan omnya dan begitu seterusnya hingga ia beralih pekerjaan, sekitar tiga lima bulan ia bekerja harian dan pindah pekerjan menjadi penjaga Rem/tempat penampungan Buah dan tempat menghitung buah dan biji yang masuk. kalau untuk gajinya agak lumayan di bandingkan bekerja harian, kalau untuk gajinya itu minimal RM800 dan maksimal RM900, tapi jam kerja antara kerja harian dan kerja rem pastilah berbeda, kalau harian itu hanya jam 7 sampai 11 kalau kerja rem dari jam 7 sampai 03 soreÂ
Selama anak itu di sana hanya dua kali pergi bandar/pasar tempatnya di kota bintulu, pertama anak itu pergi kebandar malam jum'at dan itu pun tidak ada perencanaan dari awalnya, karena pada saat  itu ia hanya pergi di dekat rumah master/bosnya untuk membeli nasik kuning tetapi pada malam itu penjual nasik kuning tutup, mungkin karena penjualnya pergi ke pasar karena hari itu adalah hari gaji dan semua pekerja bisa cuti tanpa ada potongan gaji, anak itu pun pulang lewat depan rumah bossnya, lalu dia lihat bossnya dan berhenti dan kemudian dia di ajak dengan boss pergi jalan-jalan ke pasarÂ
Boss : ayo kita pergi ke pasar sajaÂ
anak itu :boleh tapi masalahnya tidak cukup uang saya bossÂ
Boss : tidak apalah biar saya yang teraktir malam ini, saya banyak gajiÂ
anak itu : ok lah boss ayo kita turung kalau begitu
Boss: bagaiman dengan pacik dan macik nggak marah kahÂ
anak itu: tidak tahu boss
Boss : nggak apalah bilang saja nanti, bilang saya yang ngajakÂ
anak itu : ok
Sesudah percakapan itu ian dan bossnya pun berangkat dengan menggunakan sebuah kereta/mobil. sesampai di pasar ia pung di teraktir oleh bossnya berupa makanan dan minuman dan di sana ia cerita-cerita tentang apa sih menariknya pasar ini, bossnya pun bilang nggak ada menariknya pasar ini karena kita akan cepat pusing mau ngapain disini dan banyak lagi sampai ia pulang sekitar pukul 10 malam dan sampai di ladang atau di rumah bossnya sekitar pukul setengah duabelas, anak itu pun pulang ke kongsinya, walaupun bossnya nenyuruh ia untuk tinggal bermalam tetapi takut ketiak ia bermalam takut di marahi oleh tantenya, lalu anak itu hanya meminta minyak motor dari bossnya karena minyat motornya hanya tinggal sedikit dan takutnya tidak sampai di rumah puti, sesudah ia memasukkan minyak/bensin ia pun langsung berangkat dengan sendirinya walaupun sudah tengah malam dan ia harus berani karena jalannya bukan aspal, jalannya masih jalan tanah dan batu-batu bertaburan di jalan itu.
sekitar pukul 12 anak itupun sampai di rumah puti dan langsung memarkir motornya lalu ia naik kerumahnya, taklama kemudia ia kena marah oleh tantenya dan omnya tetapi ia hanya diam saja, karena ia berfikir mungkin kemarahan mereka karena dia takut saya ini kenapa-kenapa apalagi saya ini tidak memiliki paspor.
pasar kedua pas ia akan pulang kampung ia pergi belanja membelih sebuah pakaian dan lain-lain, pada saat itu ia bersama dengan om nya.
- Jadi si anak itu adalah Adi. Sangaja tidak menyebutkan nama di tulisan pengalaman saya di atasÂ
- Tulisan diatas belum lengkap selama saya menjadi TKI Ilegal tetapi mungkin cerita singkat di atas bisa kita pahami bahwa merantau tampa mengurus sebua paspor/ilegal, akan membuat garak-gerik kamu terbatisi dan banyak tantangan yang harus di lewati.
- saya merantau awalnya karena keinginan yang membuat saya pergi dan nekat untuk berusaha sendiri, dan di situlah banyak pengalaman yang saya dapatkan baik pengalam sedih,senang ,terluka,dan arti sebuah hidup mandiri. dan pada akhirnya keinginan itu pun saya tidak jadi memenuhinya karena itu bukanlah sebuah kebutuhan pokok.
- mungkin awalnya saya merantau karena saya belum bisa membedakan mana kebutuhan mana keinginan?
by: Adi Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H